Berdasarkan fitrahnya, manusia selalu mendambakan kesehatan dan kenyamanan dirinya, fisik maupun mental. Proses metabolisme tubuh tidak pernah berhenti, juga aktivitas biologisnya. Begitu juga akal dan jiwanya senantiasa bekerja dengan kegiatan-kegiatan berpikirnya. Hal ini secara pasti akan menyebabkan dia menjadi lelah, kurang semangat atau bahkan sakit; secara fisik maupun mentalnya. Dalam kondisi seperti ini, kedua bagiannya, lahir batinnya, perlu di-refresh secara total agar ia kembali sehat walafiat.
Banyak sekali cara dan sarana yang ditawarkan kepada kita untuk mencapai tujuan ini; jalur medis, cara alternatif ataupun olah spiritual. Namun ketahuilah, bahwa syariat Islam telah memberikan solusi paling efektif untuk mewujudkan harapan ini, yaitu melalui ibadah puasa.
Puasa adalah sarana terbaik bagi manusia untuk memperoleh kesehatan lahir dan batinnya. Hal ini ditegaskan dalam sabda Nabi Muhammad saww, "Berpuasalah, maka kamu akan sehat." Sebuah ungkapan universal yang mencakup pada kedua sisi manusia, fisik, dan spiritual.
Puasa adalah upacara kudus yang diagungkan oleh semua agama dan merupakan ibadah lahiriah, karena berhubungan dengan raga di saat mengosongkan perut, mulut dan tenggorokan dari makanan serta minuman. Puasa juga termasuk ibadah batiniah, karena berkaitan erat dengan jiwa manusia tatkala harus menghentikan selera, meliburkan nafsu birahi, memangkas pikiran-pikiran jahat serta menumpas akar kesombongan dari dalam dirinya.
Para ahli spiritual dan ulama akhlak telah merinci hikmah mengurangi makan dalam kitab-kitab mereka, di antaranya berikut ini:
1. Lapar dapat menumbuhkan kesucian hati dan kejernihan pikiran seseorang, Rasulullah saww bersabda, "Siapa yang perutnya terbiasa menahan lapar (berpuasa), pikirannya akan sanggup menaiki tangga-tangga tertinggi dari hakikat, sehingga refleksi dan perenungannya menjadi lebih kuat".
2. Timbulnya kerendahan hati, kemurahan, dermawan dan pemantangan terhadap hal-hal yang dapat menjauhkan dirinya dari Allah SWT. Terhindar dari kesombongan, egoisme, dan arogan terhadap sesama. Ia akan lebih peka terhadap penderitaan dan kesusahan orang lain.
3. Menurunkan intensitas gairah seksual dan dorongan-dorongan hawa nafsu lainnya yang biasa mengajak manusia kepada dosa dan penyimpangan. Mengonsumsi makanan dan minuman secara berlebihan akan memicu gairah seksual.
4. Dalam keadaan lapar bisa mengurangi tidur, dan kita mengetahui bahwa banyak tidur merupakan faktor utama dalam penyia-nyiaan umur. Ketika jadwal tidur berkurang, waktu dan kesempatan untuk ibadah lebih banyak.
5. Mengurangi makan juga dapat memperbaiki atau memperkuat kondisi finansialnya. Dana dapat dialokasikan untuk kepentingan-kepentingan lain yang lebih bermanfaat, misalnya bersedekah, ziarah ke Tanah Suci atau syiar Islam yang memerlukan biaya. (Penulis adalah Ketua Majelis Habib, Jln.Kembar VI No.8 Bandung)**
Oleh: HABIB ALWI ASSAGAF (galamedia)
Banyak sekali cara dan sarana yang ditawarkan kepada kita untuk mencapai tujuan ini; jalur medis, cara alternatif ataupun olah spiritual. Namun ketahuilah, bahwa syariat Islam telah memberikan solusi paling efektif untuk mewujudkan harapan ini, yaitu melalui ibadah puasa.
Puasa adalah sarana terbaik bagi manusia untuk memperoleh kesehatan lahir dan batinnya. Hal ini ditegaskan dalam sabda Nabi Muhammad saww, "Berpuasalah, maka kamu akan sehat." Sebuah ungkapan universal yang mencakup pada kedua sisi manusia, fisik, dan spiritual.
Puasa adalah upacara kudus yang diagungkan oleh semua agama dan merupakan ibadah lahiriah, karena berhubungan dengan raga di saat mengosongkan perut, mulut dan tenggorokan dari makanan serta minuman. Puasa juga termasuk ibadah batiniah, karena berkaitan erat dengan jiwa manusia tatkala harus menghentikan selera, meliburkan nafsu birahi, memangkas pikiran-pikiran jahat serta menumpas akar kesombongan dari dalam dirinya.
Para ahli spiritual dan ulama akhlak telah merinci hikmah mengurangi makan dalam kitab-kitab mereka, di antaranya berikut ini:
1. Lapar dapat menumbuhkan kesucian hati dan kejernihan pikiran seseorang, Rasulullah saww bersabda, "Siapa yang perutnya terbiasa menahan lapar (berpuasa), pikirannya akan sanggup menaiki tangga-tangga tertinggi dari hakikat, sehingga refleksi dan perenungannya menjadi lebih kuat".
2. Timbulnya kerendahan hati, kemurahan, dermawan dan pemantangan terhadap hal-hal yang dapat menjauhkan dirinya dari Allah SWT. Terhindar dari kesombongan, egoisme, dan arogan terhadap sesama. Ia akan lebih peka terhadap penderitaan dan kesusahan orang lain.
3. Menurunkan intensitas gairah seksual dan dorongan-dorongan hawa nafsu lainnya yang biasa mengajak manusia kepada dosa dan penyimpangan. Mengonsumsi makanan dan minuman secara berlebihan akan memicu gairah seksual.
4. Dalam keadaan lapar bisa mengurangi tidur, dan kita mengetahui bahwa banyak tidur merupakan faktor utama dalam penyia-nyiaan umur. Ketika jadwal tidur berkurang, waktu dan kesempatan untuk ibadah lebih banyak.
5. Mengurangi makan juga dapat memperbaiki atau memperkuat kondisi finansialnya. Dana dapat dialokasikan untuk kepentingan-kepentingan lain yang lebih bermanfaat, misalnya bersedekah, ziarah ke Tanah Suci atau syiar Islam yang memerlukan biaya. (Penulis adalah Ketua Majelis Habib, Jln.Kembar VI No.8 Bandung)**
Oleh: HABIB ALWI ASSAGAF (galamedia)