BANDUNG, (PRLM).-Gerakan kesundaan penting dalam konteks kekinian. Tidak hanya untuk menunjukkan eksistensi masyarakat Sunda, gerakan dibutuhkan untuk mengambil peran nyata dalam usaha mengatasi persoalan-persoalan aktual bangsa, seperti kemiskinan, kebodohan, dan bahaya laten korupsi.
Demikian mengemuka dalam 'Dialog Lintasgenerasi Tokoh Sunda', Senin (4/7), di Pendopo Kota Bandung, Jalan Dalem Kaum. Hadir dalam pertemuan yang diselenggarakan Badan Musyawarah Masyarakat Sunda (Bammus Sunda) tersebut berbagai tokoh Sunda, tua dan muda, dalam berbagai bidang keahlian, mulai dari pemerintahan, seni-budaya, politik, hukum, hingga pendidikan. Sebagai pembicara utama, tampil Wali kota Dada Rosada dan politisi senior Tjetje Padmadinata.
"Perjuangan manusia-manusia Sunda harus diteruskan dalam konteks kekinian. Bentuk perjuangan itu, menurut saya, memilih dan berpihak. Keberpihakan diberikan kepada nilai-nilai baik dan kemanusiaan dalam kondisi aktual bangsa yang penuh dengan persoalan. Dengan itulah masyarakat gerakan kesundaan akan menemukan eksistensinya," papar Tjetje yang dalam beberapa bulan terakhir menerbitkan buku-buku yang merangkum tulisan dan pemikirannya.
Dada menambahkan, karena demikian penting dalam konteks kebangsaan, gerakan kesundaan harus mendapat dukungan dari segenap golongan masyarakat di Jawa Barat. Lahirnya berbagai organisasi kesundaan diharapkan menjadi motor gerakan tersebut. "Sayangnya, dukungan terhadap organisasi dan lembaga semacam ini masih lemah. Persoalan ini yang harus kita benahi bersama-sama," ungkapnya.
Lebih lanjut, Dada juga melontarkan otokritik terhadap tokoh-tokoh gerakan kesundaan yang sering dinilai masyarakat luas bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan, seperti kerendahan hati. Oleh sebab itu, ia mengajak segenap tokoh untuk terus memperbaiki diri dan bekerja keras secara bersama-sama untuk membuat perubahan.
Ketua Bammus Sunda Jabar Memet Hamdan berharap agar tali komunikasi antartokoh-tokoh Sunda, generasi tua dengan generasi muda, terus terjalin. "Salah satu persoalan besar dalam gerakan kesundaan adalah putusnya komunikasi antargenerasi. Seolah tidak ada benang merah. Ini yang hendak kita perbaiki dengan menyediakan Bammus Sunda sebagai wadah bagi diskusi dan silaturahmi," ucapnya. (A-165/kur)***
sumber : www.pikiran-rakyat.com