RETNO HERIYANTO/"PRLM" KESENIAN surak ibra menampilkan gerakan ibing pencak silat yang menarik.*
BANDUNG, (PRLM).- Atraksi kesenian tradisional Surak Ibra dari Lingkung Seni Surak Ibra Sindangsari, Desa Cinunuk, Kec. Wanaraja, Kab. Garut, di Teater Terbuka Balai Pengelolaan Taman Budaya Jawa Barat (Dago Tea House), Sabtu (2/7) malam memukau penonton. Diawali kesenian tradisional Kecapi Lawakan Mang Yayat, kesenian Surak Ibra mempertontonkan kemahiran para pemainnya melakukan gerakan ibing pencak silat.
Antusias penonton untuk menyaksikan pegelaran kesenian tradisional Surak Ibra, mulai terasa sejak pukul 18.00 WIB. Calon penonton berangsur-angsur memenuhi Teater Terbuka Balain Pengelolaan Taman Budaya Jawa Barat yang berkapasitas mampu menampung penonton sekira seribu orang.
Selain masyarakat sekitar, kepenasaran penonton akan kesenian Surak Ibra yang hanya dihadirkan pada hari besar masyarakat Kab. Garut dan Tasikmalaya, juga mengundang keingin tahuan sejumlah praktisi seni serta mahasiswa sejumlah perguruan tinggi di Kota Bandung dan sekitarnya. “Ini merupakan pertanda baik bagi kemajuan kesenian tradisional khususnya dan bagi keberadaan (Balai Pengelolaan) Taman Budaya (Jawa Barat) sendiri,†ujar Kepala Balai Penggelolaan Taman Budaya Jawa Barat, Dra. Hj. Rosdiana Rachmiwaty, disela-sela jalannya pergelaran.
Atraksi kesenian tradisional Surak Ibra diawali dengan musik padungdung (bubuka), diikuti pemain alat musik keprak, dogdog dan angklung. Harmonisasi kendak pencak silat dengan angklung, dogdog dan keprak mengiringi sejumlah penari pria yang mengintari panggung.
Tarian dilakukan dengan berbagai variasi gerakan jurus pencak silat diikuti dengan formasi penari yang membentuk lingkaran. Ditengah lingkaran seorang yang ditunjuk untuk menjadi pimpinan menari beberapa jurus di tengah lingkaran dan semakin lama diikuti penari lainnya, untuk kemudian penari awal diangkat dan dilempar ke udara untuk kemudian ditangkap dan terus diulangi beberapa kali.
“Gerakan pencak silat dan mengangkat seorang dari penari ke udara merupakan bentuk simbolisasi dari masyarakat yang menginginkan seorang pimpinan yang dapat mengayomi takyatnya. Keseni pertunjukkan khas Garut ini memiliki sifat fleksibel sebagai potensi seni kemas kolosal seperti halnya kesenian tradisional Kecak Bali yang begitu melegenda,†ujar Mas Nanu Muda, curator Balai Pengelolaan Taman Budaya Jawa Barat. (A-87/A-147)***
sumber : www.pikiran-rakyat.com
BANDUNG, (PRLM).- Atraksi kesenian tradisional Surak Ibra dari Lingkung Seni Surak Ibra Sindangsari, Desa Cinunuk, Kec. Wanaraja, Kab. Garut, di Teater Terbuka Balai Pengelolaan Taman Budaya Jawa Barat (Dago Tea House), Sabtu (2/7) malam memukau penonton. Diawali kesenian tradisional Kecapi Lawakan Mang Yayat, kesenian Surak Ibra mempertontonkan kemahiran para pemainnya melakukan gerakan ibing pencak silat.
Antusias penonton untuk menyaksikan pegelaran kesenian tradisional Surak Ibra, mulai terasa sejak pukul 18.00 WIB. Calon penonton berangsur-angsur memenuhi Teater Terbuka Balain Pengelolaan Taman Budaya Jawa Barat yang berkapasitas mampu menampung penonton sekira seribu orang.
Selain masyarakat sekitar, kepenasaran penonton akan kesenian Surak Ibra yang hanya dihadirkan pada hari besar masyarakat Kab. Garut dan Tasikmalaya, juga mengundang keingin tahuan sejumlah praktisi seni serta mahasiswa sejumlah perguruan tinggi di Kota Bandung dan sekitarnya. “Ini merupakan pertanda baik bagi kemajuan kesenian tradisional khususnya dan bagi keberadaan (Balai Pengelolaan) Taman Budaya (Jawa Barat) sendiri,†ujar Kepala Balai Penggelolaan Taman Budaya Jawa Barat, Dra. Hj. Rosdiana Rachmiwaty, disela-sela jalannya pergelaran.
Atraksi kesenian tradisional Surak Ibra diawali dengan musik padungdung (bubuka), diikuti pemain alat musik keprak, dogdog dan angklung. Harmonisasi kendak pencak silat dengan angklung, dogdog dan keprak mengiringi sejumlah penari pria yang mengintari panggung.
Tarian dilakukan dengan berbagai variasi gerakan jurus pencak silat diikuti dengan formasi penari yang membentuk lingkaran. Ditengah lingkaran seorang yang ditunjuk untuk menjadi pimpinan menari beberapa jurus di tengah lingkaran dan semakin lama diikuti penari lainnya, untuk kemudian penari awal diangkat dan dilempar ke udara untuk kemudian ditangkap dan terus diulangi beberapa kali.
“Gerakan pencak silat dan mengangkat seorang dari penari ke udara merupakan bentuk simbolisasi dari masyarakat yang menginginkan seorang pimpinan yang dapat mengayomi takyatnya. Keseni pertunjukkan khas Garut ini memiliki sifat fleksibel sebagai potensi seni kemas kolosal seperti halnya kesenian tradisional Kecak Bali yang begitu melegenda,†ujar Mas Nanu Muda, curator Balai Pengelolaan Taman Budaya Jawa Barat. (A-87/A-147)***
sumber : www.pikiran-rakyat.com