Oleh: Akhmad Arifin
Watak iblis telah dijelaskan dalam Alquran, meliputi: sombong, takabbur, angkuh, congkak, ataupun arogan (QS 38: 74) dan tentu saja ia tidak mau tunduk, patuh, ataupun taat pada Allah (QS 38: 75-76). Padahal, dia benar-benar mengetahui di dalam hatinya bahwa perbuatannya itu memang benar-benar salah dan sesat menyesatkan (QS 8: 48). Sikapnya selalu menunjukkan: membangkang dan membantah (QS 20: 116, 17: 62); mengakui dirinya lebih hebat (QS 7: 12), dan bahkan meremehkan manusia (QS 17: 62). Pun, hatinya diselimuti dengan iri, dengki, dan hawa nafsu yang jahil (tafsir Ibnu Katsir QS 7: 11). Dan, misi hidupnya hanya untuk menyesatkan seluruh umat manusia (QS 38: 82).
Dengan diperintahkan untuk bersujud kepada nabi Adam, anggapannya bisa merendahkan dan melumatkan dirinya. Sebab, iblis harus bersujud kepada makhluk yang diciptakan dari tanah sementara ia berasal dari api, yang menurut anggapannya lebih mulia daripada tanah. Sehingga ia mengira dengan sujud kepada nabi Adam adalah sebuah penghinaan sekaligus merendahkan atas kedudukannya. “Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku?” bangkang iblis tatkala berdialog langsung dengan Allah SWT (QS 17: 62).
Sama halnya dengan kalangan dari Ahli Kitab. Tahu betul dan sangat mengenali nabi Muhammad SAW seperti anak kandungnya sendiri (QS 2: 146, 6: 20) akan tetapi tetap saja tidak mau mengikuti kebenaran dari Rasulullah SAW (QS 2: 89).
Meski tahu betul dan hatinya membenarkan masih saja enggan masuk Islam. Padahal, mereka sering memohon kedatangan Nabi Terakhir untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir (QS 2: 89). Namun, setelah nabi Muhammad SAW diutus dan bukan dari keturunan mereka maka mereka ingkar karena hatinya diselimuti kedengkian (tafsir Ibnu Katsir QS 2: 89). Otomatis mereka menjadi kafir (QS 2: 34, 98: 6).
Dari sini sangatlah jelas bahwa mengenali, mengetahui, paham, benar-benar mengetahui, tahu benar, dan memercayai saja tidak cukup; harus diikuti dengan kepasrahan, tunduk, patuh, dan taat. Iblis itu tahu benar tentang Tuhannya, mengenal betul siapa itu Allah SWT; bahkan berkomunikasi langsung dengan Allah SWT (QS 38: 75-85). Ya, iblis itu berbicara langsung sama Allah SWT (QS 7: 11-18). Tapi anehnya, ia tidak mau tunduk, patuh dan taat serta menunjukkan membangkang dan membantah di hadapan Allah SWT (QS 15: 31, 20: 116). Maka dia termasuk golongan kafir (QS 38: 74).
Jadi, meskipun ada yang mengaku Muslim dan memang benar nota bene-nya muslim. Tapi, ia menunjukkan membangkang, membantah, dan tidak patuh bahkan menghujat Al-Qur’an dan Hadis, meragukan kebenaran-Nya, mengaburkan dan memanipulasi kebenaran, dan sengaja memutarbalikkan data dan fakta; maka ia sebenarnya masuk dalam katagori berwatak iblis.. Tipe makhluk semacam ini, Dr Syamsuddin Arif dalam Orientalis dan Diabolisme Pemikiran, menamainya Diabolisme Intelektual, yang berarti pemikiran, watak, dan perilaku ala iblis ataupun pengabdian padanya.
Semoga kita terhindar dari sikap demikian.
Penulis adalah aktivis Masjid Kampus Raden Patah Universitas Brawijaya
sumber : www.republika.co.id