Oleh Muhbib Abdul Wahab
Diriwayatkan Ibn Hibban bahwa suatu hari Ubaid bin Umar dan Atha' menemui Aisyah ra, dengan maksud belajar tentang Islam. Ubaid berkata, "Wahai Aisyah sampaikanlah kepada kami sesuatu yang paling mengagumkan dari kehidupan Rasulullah SAW." Mendengar permintaan itu, Aisyah menangis. Setelah itu, ia menceritakan bagaimana Rasul beribadah dan bertadabur di malam hari.
Kata Aisyah, Rasulullah pernah shalat tahajud sangat lama. Beliau meminta Aisyah membiarkannya berlama-lama dalam beribadah kepada Tuhan-Nya. Aisyah berkata, "Demi Allah, aku ingin selalu dekat denganmu dan melakukan sesuatu yang membahagiakanmu." Rasul hanya tersenyum, kemudian melanjutkan shalat tahajud.
Aisyah mengisahkan, saat shalat, Rasul menitikkan air mata. Air mata itu mula-mula hanya membasahi pipi, lalu jenggot beliau, sampai akhirnya membasahi tanah tempat beliau shalat. Rasul tak henti-hentinya menangis dalam shalat itu, hingga Bilal mengumandangkan azan Subuh. Aisyah bertanya, "Mengapa engkau menangis seperti itu? Tidakkah Allah telah mengampuni dosamu yang lalu maupun yang akan datang?" Rasul menjawab, "Sungguh aku ingin menjadi hamba Allah yang pandai bersyukur!"
Rasul melanjutkan, "Wahai Aisyah, aku menangis seperti itu karena Allah baru saja menurunkan ayat kepadaku. Orang yang membaca ayat (QS Ali Imran [3]:190-191) ini, akan celaka jika tidak menadaburinya.
Tadabur artinya memahami dan merenungkan makna untuk kemudian menjadikannya sebagai pelajaran. Salah satu cara tadabur ayat yang diteladankan Rasul adalah membaca ayat dalam shalat tahajud secara tartil, penuh penghayatan, dan keterlibatan hati dan pikiran kemudian mengamalkannya dalam kehidupan.
Ayat yang dibaca Rasul dalam shalat tahajud tersebut tidak hanya mengharuskan kita tadabur ayat Alquran, tapi juga tadabur alam (ayat-ayat kauniyyah). Alam sangat sarat dengan tanda-tanda kekuasaan, kebesaran, dan keagungan Allah. Tadabur ayat menjadi lengkap dan seimbang jika disertai dengan tadabur alam.
Tadabur ayat dan tadabur alam sama-sama bernilai ibadah. Tadabur ayat mengantarkan kita pada pemahaman dan pemaknaan teks kitab suci, sedangkan tadabur alam membimbing kita untuk mengerti konteks, hukum-hukum kausalitas, dan hidup harmoni kepada alam raya. Tadabur ayat dan alam mengharuskan kita bersikap rendah hati terhadap keagungan Ilahi. Keduanya memotivasi kita untuk selalu membaca, meneliti, memahami, dan mengaktualisasikan diri kita menjadi hamba yang pandai bersyukur.
Dengan demikian, kita baru layak disebut hamba yang pandai bersyukur, jika selalu melakukan tadabur ayat-ayat Quraniah sekaligus ayat-ayat kauniyyah secara terpadu dan seimbang. Merasakan dan memahami kebesaran Allah tidak cukup melalui ibadah ritual seperti shalat, tapi harus pula melalui penelitian dan permenungan terhadap aneka ciptaan Allah di alam raya ini.
Integrasi pemahaman ayat-ayat Quraniah dan ayat-ayat kauniyyah idealnya merupakan basis pengembangan imtak dan ipteks (ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni). Karena itu, setiap Muslim harus meyakini bahwa semua ciptaan Allah di alam raya ini dapat menjadi "laboratorium hidup" bagi kita semua.
sumber : www.republika.co.id