Bandung - Ibu rumah tangga saat ini tidak hanya dituntut untuk pintar mengurus suami dan anak, atau mengolah masakan di dapur. Tapi juga dituntut untuk lebih kreatif dan berkreasi. Manfaatnya tentu saja bukan untuk pribadi sendiri, tapi juga bisa membantu suami dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Hal tersebut yang dirasakan oleh Dewiyana Asriani. Ibu dua anak itu kini bisa memberikan sesuatu untuk lingkungan dan keluarganya. Mulanya Dewi aktif di organisasi PKK di lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Saat sedang gencarnya kepedulian terhadap lingkungan hidup akibat Global Warming yang melanda dunia akhirnya ia masuk sebagai anggota LSM di daerahnya yakni LSM Forum Kader Lingkungan (Fokal) pimpinan Ibu Rena.
Dari sanalah ia mengetahui tentang pentingnya melestarikan lingkungan hidup dan mulai mengenal menjadi sahabat sampah pada tahun 2007 dengan mengikuti pelatihan daur ulang sampah yang diadakan oleh Fokal dan PD Kebersihan. Ia pun mulai berkreasi membuat produk dengan menggunakan bakat seni yang dimilikinya.
"Banyak orang yang menyepelekan, dan menganggap sinis. Karena menganggap pekerjaan saya ini hanya sia-sia saja," ujar Dewi kepada detikbandung.
Sampah-sampah sisa bungkus produk makanan, minuman, atau sabun cuci, kantong plastik dan sampah lainnya dikumpulkan dari warga sekitar. Ia kemudian mengolahnya menjadi aneka produk kerajinan seperti tas, dompet, topi, bando, kalung dan lainnya.
"Mengerjakannya sendiri, kadang dibantu bapak juga, kadang sama anak yang perempuan juga. Kalau warga membantu suplai sampahnya," terang Dewi.
Prose pengerjaannya sendiri menurut Dewi tidak terlalu lama. Namun proses pengumpulan bahan, dan pencuciannya, dan pemilihan motifnya itu yang memakan waktu cukup lama.
"Kalau bahannya sudah dicuci dan motifnya sudah terkumpul banyak, untuk mengerjakan dompet hanya dua hari saja," tutur Dewi.
Ternyata untuk membuat satu buah dompet ukuran kecil saja dibutuhkan sampah yang cukup banyak. Secara tidak langsung, hal tersebut juga ikut mengurangi pasokan sampah bungkus plastik di Kota Bandung.
"Dompet kecil itu butuh 80 bungkus, karena produk kita kotak anyamannya kecil-kecil. Semakin kecil semakin banyak bahan, dan semakin kuat," jelas Dewi.
Produk-produk milik Dewi ini dipasarkan dengan merek Saras Dewi Handycraft. Dewi memasarkan produknya hanya pada pameran-maperan saja. Tapi banyak yang datang ke rumahnya di Komplek Cempaka Arum, Gedebage Bandung untuk sekadar membeli atau melihat proses pembuatan produk-produk daur ulang buatan Dewi.
Memang produk daur ulang dari sampah plastik ini bukan sesuatu yang baru. Ibu-ibu lain di luar sana juga sudah ada yang mencoba membuat karya dari sampah ini. Namun bagi Dewi, ia bukan ingin bersaing, ia hanya ingin memanfaatkan sampah-sampah yang ada di sekitarnya dan ingin menghasilkan uang dengan hasil tangannya sendiri.
"Saya inngin memotivasi orang, jangan sampai terkendala modal atau apa. Lakukan apa saja yang sekiranya bermanfaat, mulai dari hal-hal kecil yang tidak sebelumnya kita sangka. Seperti dari sampah ini," katanya.
(avi/avi)
sumber : bandung.detik.com
Apa itu Progressive Web Apps?
8 years ago