K11-11 Satu dari puluhan korban keracunan bubur kacang hijau yang diberikan di Posyandu Desa Sumber Agung, Secang, Kabupaten Magelang, Sabtu (7/5/2011) MAGELANG, KOMPAS - Sebanyak 51 orang dari Desa Sumber Agung, Secang, Magelang, Jawa Tengah, diduga keracunan usai mengkonsumsi bubur kacang hijau yang dibagikan oleh Pos Pelayanan Terpadu dalam acara Program Makanan Tambahan.Informasi yang dihimpun Kompas.com, kejadian tersebut bermula ketika di Posyandu Kartini II Dusun Sumber Agung II ada kegiatan pemeriksaan kesehatan. Seperti biasa, anak-anak yang periksa mendapatkan satu bungkus bubur kacang ijo.Sedangkan untuk ibu hamil biasanya juga membeli bubur tersebut. Menurut Siti Aminah, warga Sumber Agung, bubur itu mulai diterima dan dikonsumsi warga baik orang tua maupun anak-anak bahkan ibu hamil sekitar pukul 09.00 WIB.Namun setelah mengkonsumsi itu, pada pukul 17.00 WIB sejumlah warga mengeluhkan gejala sama yakni muntah-muntah dan pusing mendadak.Kepala Puskesmas Secang 1 Magelang dr Agung Subroto mengatakan, tim medis puskesmas baru turun pada Sabtu (7/5/2011) setelah ada laporan dari perangkat desa terkait. "Kami periksa, total ada 51 orang yang mengeluh sakit sama," kata Agung, (7/5/2011).Usai memeriksa, 14 warga perlu rawat inap dan 37 lainnya rawat jalan. Dua di antaranya terpaksa dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Kota Magelang karena mengalami dehidrasi yang cukup parah. "Kedua korban yang dirujuk merupakan ibu hamil," imbuh Agung.Karena banyaknya korban yang perlu rawat inap, pasien yang sakit dirujuk ke Puskesmas Grabag 1 Magelang. Di Grabag, jumlah pasien yang perlu rawat inap yang semula hanya 14 bertmbah menjadi 20 orang karena inisiatif warga yang khawatir sakitnya kian parah.Sementara itu, Kepala Seksi Kesejahteraan Masyarakat Kecamatan Secang, Setyono mengatakan bahwa bubur dimasak pada hari Rabu (4/5/2011) pukul 19.00 WIB. Setelah itu diberikan pada warga esoknya pukul 09.00 WIB.Kepala Dinas Kesehatan Magelang dr Hendarto, mengatakan, gejala keracunan tersebut kemungkinan besar disebabkan karena tidak higienisnya proses penyajian makanan. Namun untuk memastikan dugaan ini, pihaknya masih akan mengambil sample untuk diperiksa di laboratorium. "Untuk warga yang dirawat kami gratiskan semua," pungkasnya.