-

Saturday, May 14, 2011

Si Pandai Bersyukur Itu Tewas Kesetrum

shutterstock Ilustrasi: Setiap tahun PLN membutuhkan sedikitnya 2.000 tenaga ahli, baik dari jenjang pendidikan S-1, D-3, D-2, dan D-1. Sampai 2018, dibutuhkan 26.000 tenaga kerja siap pakai. PROBOLINGGO, KOMPAS - Para tukang kayu sebaiknya hati-hati bila memperbaiki kayu di atap. Jika tidak, bukan tak mungkin mengalami nasib seperti Buhari (50). Warga Kelurahan Kraksaan Wetan, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo ini tewas tersengat listrik saat memperbaiki atap plafon, Sabtu (14/5/2011) pagi.Keterangan yang dihimpun dari TKP menyebutkan, Buhari mendapatkan borongan memperbaiki atap plafon yang rusak di gudang milik seorang pengusaha di Kraksaan. Plafon dan kayunya rusak dan lapuk dimakan waktu, perlu diperbaiki.Saat Buhari memperbaikinya, dia tak melihat kabel listrik bertegangan tinggi  terkelupas. Diduga, dia tewas akibat sengatan listrik tersebut. Korban ditemukan tewas oleh Andi, seorang pekerja di gudang tersebut. Andi melihat tubuh Buhari telungkup di atap melalui celah plafon. Dia pun berteriak dan pekerja lain datang berhamburan.Saat diturunkan dengan tali, korban tewas dengan kondisi leher luka bakar dan tangan kirinya hangus. Ratusan warga yang menyaksikan kondisi korban tampak tak tega dan miris. Tak lama, petugas dari Polsek Kraksaan pun tiba di lokasi untuk melakukan olah TKP.Menurut Kapolsek Kraksaan Komisaris Polisi Subadar, dari olah TKP yang didapat, korban tersengat arus listrik. Diduga, saat naik ke atas plafon, korban tidak melihat ada kabel. Begitu tersentuh kabel, korban tidak bisa berbuat banyak lantaran posisinya sulit."Mungkin dia mau loncat tapi tidak berani lantaran posisinya di atas atap. Ini murni kecelakaan kerja. Untuk menghindari kejadian serupa, kami berharap warga dan pengusaha tidak membiarkan kabel terkelupas begitu saja. Supaya saat memperbaiki atap, kabel itu tidak membahayakan jiwa," saran Subadar.Selesai olah TKP, jasad korban langsung divisum dan dibawa ke kamar mayat RSUD Waluyo Jati. Para keluarga korban yang melihat mayatnya di rumah sakit  histeris dan menangisi kepergiannya.Di mata keluarganya, Buhari dikenal sebagai sosok bapak yang baik, rajin bekerja dan pandai bersyukur. Wajar jika keluarganya merasa kehilangan. Penghasilannya tak menentu. Kadang sehari Rp 15.000, kadang tak ada sama sekali karena pekerjaannya tergantung garapan."Tapi dia tak pernah mengeluh, dan selalu bersyukur atas apa yang didapat. Saya minta para tukang kayu belajar dari pengalaman paman saya ini. Hati-hati bila memperbaiki atap rumah orang," ujar Yatim, keponakan korban.

Artikel yang Berkaitan

0 komentar:

-

Post a Comment