"Senandung Bandung 3" Diluncurkan di UPI
BANDUNG, (PRLM), -Bandung dalam kenangan dan kenyataan, itulah inti dari isi buku antologi puisi "Senandung Bandung 3" yang diluncurkan Minggu (26/6), di FPIPS UPI, Jln. Setiabudhi, Bandung.
Prof. Yus Rusyana yang menjadi pembahasa antologi ini mengatakan, pokok-pokok yang terkandung dalam
"Senandung Bandung 3" berupa gambaran keadaan kota sekarang dan kenangan. Berupa gambaran alam sekitar, keadaan masyarakat, kisah dan peristiwa yang terjadi masa lalu dan sekarang, peristiwa sejarah, peristiwa pribadi, yang semuanya bertolak dari kehidupan kota.
"Senandung Bandung 3" berupa gambaran keadaan kota sekarang dan kenangan. Berupa gambaran alam sekitar, keadaan masyarakat, kisah dan peristiwa yang terjadi masa lalu dan sekarang, peristiwa sejarah, peristiwa pribadi, yang semuanya bertolak dari kehidupan kota.
Antologi ini juga bertutur tentang keadaan politik, sosial, ekonomi, budaya, yang dihadirkan dalam sindiran dan kenyataan. Semua terungkap dalam bait dan lariknya.
Sebagai karya sastra, kata Yus Rusyana, antologi ini mengungkapkan pengalaman estetis, sikap estetis, ekspresi dan kreasi, serta wujud dengan corak umum dan khusus. Dalam kaitannya dengan pembaca, antologi mengandung tujuan yang terselubung.
Tujuan itu berupa melahirkan dunia dalam cipta untuk menggapai keselamatan, kemanfaatan, dan kenikmatan. Tampak pula sikap menyair terhadap dunia dalam berita dengan cera memahami, menyindir, mengkritik, dan tidak memusuhinya. "Saya heran juga, walaupun para penyair itu sepertinya tampak urakan dan tidak peduli tetapi dalam dunia karya mereka tidak memusuhinya kotanya," demikian kata Yus.
Sebagai wujud karangan, para penyair dalam antologi ini juga mewujud dalam karangan yang sangat memperhatikan penulisan puisi, baik bait dan larik, irama, juga purwakantinya. Dalam penggunaan bahasnya tampak pada kata, frasa, kalimat yang menunjukan kebaruan-kebaruan yang dipilihnya.
Selain diskusi, acara ini juga diisi dengan pembacaan puisi dari para penyair yang karyanya termuat dalam antologi itu. Antara lain Ottih Rostoyati, Yooke Tjuparmah Soeriamidjaja K, Sutan Iwan Soekri Munaf, Nyayu Zulfia Hikmayanti, dll
sumber pikiran-rakyat.com
Due to its elevation, the climate in Bandung is cooler than most Indonesian cities and can be classified as humid; the average temperature is 23.6 °C (74.5 °F) throughout the year.[8] The average annual rainfall ranges from 1,000 millimetres in the central and southeast regions to 3,500 millimetres in the north of the city.[3] The wet season conforms with other Indonesian regions, around November to April.