Sisingaan adalah jenis kesenian Helaran tradisional atau seni pertunjukan rakyat yang dilakukan dengan arak-arakan dalam bentuk helaran. Pertunjukannya biasa ditampilkan pada acara khitanan atau acara-acara khusus seperti ; menyambut tamu, hiburan peresmian, kegiatan HUT Kemerdekaan RI dan kegiatan hari-hari besar lainnya.
Didalam seni sisingaan terdapat unsur-unsur seperti; seni tari, olah raga (Pencak Silat dan Jaipongan), seni karawitan, seni sastra dan seni busana. Semua unsur tersebut berpadu dan bersinergi membentuk suatu tari dan lagu dan biasanya ditambah dengan gerak akrobat yang membentuk formasi seperti standen.
Peralatan yang digunakan dalam setiap pertunjukan terdiri dari; usungan sisingaan, terompet, ketuk,, kempul, goong dan kecrek. Busana pemainnya menggunakan pakaian adat sunda seperti; celana kampret, ikat kepala, ikat pinggang, baju taqwa dan menggunakan sepatu kelenci dan penunggang sisingaannya biasanya anak sunat yang menggunakan pakaian sunatan.
Secara etimologis, sisingaan berasal dari kata "singa" yaitu suatu bentuk usungan yang mirip badan singa. Mengapa harus bentuk singa ? Konon khabarnya bahwa hewan singa melambangkan keperkasaan, keberanian dan kekuatan.
Menurut catatan ahli seni (seniman), seni sisingaan pertamakali muncul pada tahun 1957 di Desa Ciherang sekitar 5 Km ke arah selatan Kota Subang. Kemudian berkembang ke daerah Cigadung dan daerah lainnya di sekitar Kota Subang. Tokoh-tokoh yang mempopulerkannya antara lain Ki Demang Ama Bintang, Ki Rumsi, Lurah Jani Mama Narasoma, dan Ki Alhawi.
Hingga saat sekarang, kesenian sisingaan telah berkembang pesat dan tercatat ada sekitar 165 group dengan jumlah senimannya 2.695 orang. Perkembangannya ternyata tidak saja di daerah Subang tetapi telah berkembang di daerah Kabupaten Bandung dan Sumedang.
Karena perkembangannya itulah, maka untuk melestarikan seni ini Pemerintah Kabupaten Subang selalu mengadakan festival secara rutin dan mempromosikan ke tingkat propinsi dan nasional terutama di kalangan Pedmerintahan dan dunia bisnis.
Didalam seni sisingaan terdapat unsur-unsur seperti; seni tari, olah raga (Pencak Silat dan Jaipongan), seni karawitan, seni sastra dan seni busana. Semua unsur tersebut berpadu dan bersinergi membentuk suatu tari dan lagu dan biasanya ditambah dengan gerak akrobat yang membentuk formasi seperti standen.
Peralatan yang digunakan dalam setiap pertunjukan terdiri dari; usungan sisingaan, terompet, ketuk,, kempul, goong dan kecrek. Busana pemainnya menggunakan pakaian adat sunda seperti; celana kampret, ikat kepala, ikat pinggang, baju taqwa dan menggunakan sepatu kelenci dan penunggang sisingaannya biasanya anak sunat yang menggunakan pakaian sunatan.
Secara etimologis, sisingaan berasal dari kata "singa" yaitu suatu bentuk usungan yang mirip badan singa. Mengapa harus bentuk singa ? Konon khabarnya bahwa hewan singa melambangkan keperkasaan, keberanian dan kekuatan.
Menurut catatan ahli seni (seniman), seni sisingaan pertamakali muncul pada tahun 1957 di Desa Ciherang sekitar 5 Km ke arah selatan Kota Subang. Kemudian berkembang ke daerah Cigadung dan daerah lainnya di sekitar Kota Subang. Tokoh-tokoh yang mempopulerkannya antara lain Ki Demang Ama Bintang, Ki Rumsi, Lurah Jani Mama Narasoma, dan Ki Alhawi.
Hingga saat sekarang, kesenian sisingaan telah berkembang pesat dan tercatat ada sekitar 165 group dengan jumlah senimannya 2.695 orang. Perkembangannya ternyata tidak saja di daerah Subang tetapi telah berkembang di daerah Kabupaten Bandung dan Sumedang.
Karena perkembangannya itulah, maka untuk melestarikan seni ini Pemerintah Kabupaten Subang selalu mengadakan festival secara rutin dan mempromosikan ke tingkat propinsi dan nasional terutama di kalangan Pedmerintahan dan dunia bisnis.