Bandung - Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di Jalan Pajajaran terbilang jarang dipakai. Padahal jembatan itu sengaja diperuntukkan bagi kaum difabel yang kesulitan menyeberang di Jalan Pajajaran.
Menurut Ketua Ikatan Alumni Wyataguna, Suhendar, JPO tersebut terbilang tidak bersahabat bagi kaum difabel. Sebab, JPO tersebut menulang tinggi dan area untuk berjalan cukup panjang.
"Itu tidak sesuai bagi kaum difabel karena jika menggunakan jembatan itu terasa 5 kali lipat lebih jauh saat menyeberang di Jalan Pajajaran," ujar Suhendar saat ditemui di Gedung Pelatihan dan Diklat Komputer IPA, Jalan Diponegoro Nomor 12 Bandung, Kamis (23/6/2011).
Akibatnya, kaum difabel lebih sering menyeberang tanpa menggunakan JPO. "Kami biasanya minta tolong sama siapapun yang ada di jalan untuk menyeberangkan kami," ucapnya.
Meski begitu, Suhendar mengucapkan terima kasih pada Pemkot Bandung yang sudah mendirikan JPO tersebut.
"Kami tetap berterima kasih, tapi pengennya jembatan itu diperbaiki lagi biar sesuai bagi kaum difabel," ungkapnya.
Terlebih, jembatan di sana sering dijadikan tempat tidur pengemis pada malam hari.
"Kalau ada rekan saya lewat terus misalnya nginjak mereka, kadang suka jadi masalah. Padahal kan kami tidak bermaksud menginjak, cuma kebetulan saja tidak bisa melihat lalu ada mereka," tutur Suhendara.
Selain jarang digunakan siang hari, pada malam hari kaum difabel juga takut menggunakan jembatan itu.
"Kami sering ditakut-takuti atau diganggu. Makanya kalau lewat jam 21.00 WIB tidak ada kaum difabel yang berani lewat sana," jelasnya.
(ors/ern)
sumber : bandung.detik.com
Apa itu Progressive Web Apps?
8 years ago