-

Wednesday, June 01, 2011

Mbah Gimo, 2 Kali Luput dari Terjangan Longsor

k7-11 Mbah Gimo sedang membersihkan rumahnya di kampung Lempongsari Semarang yang tertimpa material longsor dari tebing setinggi 15 meter, Selasa (31/5/2011) SEMARANG, - "Tun... longsor Tun... metuo soko omah.... (Tun...longsor Tun....cepat keluar dari rumah!)," teriak Martini (45), warga Jalan Lempongsari IX, RT 06 RW I, Kelurahan Bendungan, Semarang. Martini berteriak mengingatkan tetangganya Sasmiatun. Tak lama kemudian, "Brakkkkkkkk!" lumpur dan bongkahan tanah menghajar atap dan dinding papan bagian dapur. Dua ekor itik mati seketika karena tak sempat diselamatkan pemiliknya. Begitulah detik-detik terjadinya tanah longsor, Selasa (31/5/2011) kemarin. Tebing yang longsor dan menimpa rumah Mbah Gimo (85) dan Sasmiatun (35) tersebut memiliki ketinggian sekitar 15 meter. Sementara, panjang longsoran mencapai sekitar 20 meter.Menurut Indarpeni, salah satu tetangga Mbah Gimo, tanah longsor terjadi dua kali. Saat longsor pertama, Mbah Gimo sang pemilik rumah yang tertimpa longsoran sedang memotong kayu bakar di dapur. "Tapi karena diteriaki tetangganya, Mbah Gimo langsung lari. Hanya dalam beberapa detik, material longsoran sudah menimbun tempat Mbah Gimo memotong kayu," kata Indarpeni. Material yang menimbulkan kerusakan parah justru longsoran yang kedua. Kata Indarpeni, selain volumenya lebih besar, kecepatan luncurannya juga lebih tinggi. Menurut Sasmiatun, anak Mbah Gimo, pascalongsoran kedua seluruh ruangan di dalam rumah Mbah Gimo dan Sasmiatun dipenuhi air dan lumpur. "Tak ada yang berani menolong, karena saat itu hujan sangat deras dan longsor susulan bisa terjadi kapan saja," kata Sasmiatun. Hasil pemeriksaan Badan Penanggulangan Bencana Kota Semarang, hingga Rabu dini hari (1/6/2011) kondisi tebing yang longsor tersebut masih dinyatakan berbahaya. Apalagi di atas tebing terdapat rumah kosong dengan retakan pada pondasi, sehingga sewaktu-waktu bisa terjadi longsor susulan. Di tepi tebing, masih terdapat pohon berukuran besar yang akarnya sudah menggantung dan rawan tumbang. Rubiati (56), istri Mbah Gimo menuturkan, dua rumah yang rusak akibat tertimpa longsoran tebing tersebut dihuni 6 orang. Selain Mbah Gimo yang sudah berusia lanjut, terdapat anak kecil berusia 8 tahun, yakni Septi, cucu dari Mbah Gimo. "Kalau mau ngungsi, ngungsi ke mana? Sebenarnya takut juga, namun kami tetap akan tinggal di sini. Nanti kami akan tidur di teras depan yang masih agak bersih dan jauh dari lokasi longsoran," kata Sasmiatun. Sementara itu, warga yang berdekatan malam ini menggelar ronda malam untuk mengantisipasi jika terjadi longsor susulan.
sumber : www.kompas.com

Artikel yang Berkaitan

0 komentar:

-

Post a Comment