Oleh: ASEP JUANDA
DI dalam Alquran dan sejarah para nabi dan rasul Allah, terdapat banyak perumpamaan dan kisah yang dapat dipetik hikmahnya. Juga dijadikan pelajaran yang berharga oleh orang-orang beriman. Salah satunya kisah Nabi Ayyub AS.
Nabi Ayuub AS adalah seorang nabi dan rasul Allah, yang mempunyai sifat pemurah dan penyayang. Ia menyayangi orang-orang fakir dan miskin, mengayomi anak-anak yatim serta sangat menghormati orang-orang yang bertamu kepadanya. Selain itu, ia juga berdakwah tentang keesaan Allah SWT dan menyampaikan larangan untuk memusyrikkan-Nya.
Nabi Ayyub AS mempunyai harta yang banyak berupa unta-unta dan puluhan ribu hewan ternak lainnya, berpuluh-puluh hamba sahaya dan pembantu, serta beribu hektare tanah dan ladang. Selain itu, ia pun mempunyai banyak anak. Anak-anaknya tersebut saleh dan berbakti. Namun semua anak-anak dan hartanya itu "musnah" ditimpa berbagai musibah. Hewan-hewan ternaknya mati, tanah dan ladangnya kering tidak bisa ditumbuhi tanaman, rumah dan gedung-gedungnya terbakar, anak-anaknya meninggal karena tertimbun bangunan ketika gempa, dan ia sendiri terkena bermacam-macam penyakit. Terutama penyakit lepra, sampai tidak ada anggota tubuhnya yang utuh. Kecuali jantung, hati, dan lidahnya yang selalu digunakannya untuk berzikir kepada Allah SWT.
Walaupun berbagai musibah menimpa dirinya, tetapi Nabi Ayyub AS tetap bersabar dan berzikir kepada Allah, baik malam, siang, pagi maupun sore. Tidak ada waktu yang berlalu sia-sia baginya, semua senantiasa ditaburi zikir dan mendekatkan diri kepada-Nya. Adapun istrinya tetap bersabar bersamanya, walaupun pada akhirnya sempat meninggalkan Nabi ayyub As.
Bagi Nabi Ayyub AS musibah yang menimpanya merupakan suatu ujian. Kesabaran, harapan, pujian, dan rasa syukur kepada Allah SWT tetap dilaksanakannya walaupun di dalam keadaan yang serbasusah karena musibah tersebut. Adapun mengenai rentang waktu musibah yang dialami Nabi Ayyub AS, para ulama berbeda pendapat. Ada yang mengatakan tiga tahun, tujuh tahun, bahkan ada yang berpendapat bahwa ujian yang dialami Nabi Ayyub tersebut selama 18 tahun. Namun, yang lebih mahsyur menyatakan selama tujuh tahun.
Setelah ditinggalkan istrinya, Nabi Ayyub tinggal seorang diri di rumah. Ia bermunajat kepada Allah dengan sepenuh hati memohon rahmat dan kasih sayang-Nya. Ia berdoa, "Wahai Tuhanku, aku telah diganggu setan dengan kepayahan dan kesusahan serta siksaan dan Engkaulah wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang."
Allah menerima doa Nabi Ayyub yang telah mencapai puncak kesabaran dan keteguhan iman serta berhasil memenangkan perjuangannya melawan hasutan dan bujukan Iblis. Allah mewahyukan firman kepadanya sebagaimana yang tertera dalam Alquran Surah Shad ayat 41-42, yang artinya, "Ceritakan riwayat hamba Kami, yaitu Ayyub ketika ketika ia berseru kepada Tuhan-Nya, 'Aku ditimpa kepayahan dan penyakit yang disebabkan setan.' Maka Allah SWT berfirman kepadanya, 'Entakkanlah kakimu di bumi, niscaya timbul air yang sejuk untuk mandi dan minum."
Selanjutnya, Nabi Ayyub menjalani hidupnya seperti sediakala, istrinya pun kembali serta mempunyai anak yang banyak dan harta kekayaan yang melimpah. Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. Bahwa Nabi SAW. Bersabda, yang artinya, "Setelah Allah menyembuhkan Ayyub, Dia menjatuhkan belalang emas untuknya. Kemudian Ayyub memungutnya lalu menyimpannya di dalam bajunya. Kemudian dikatakan, 'Hai Ayyub, apakah kamu tidak merasa kenyang?' Ayyub menjawab, 'Ya Tuhanku, siapakah yang merasa kenyang terhadap rahmat-Mu?'" (Muttafaq Alaih).
Kisah di atas menjadi renungan bagi kita, terutama ditengah-tengah negeri ini yang selalu ditimpa musibah. Kisah Nabi Ayyub bisa dijadikan pijakan untuk memotivasi diri agar tidak mudah putus asa dalam menerima musibah yang menimpa. Terkena musibah bukan berarti hina dan kemudian berputus asa. Berputus asa akan semakin melemahkan jiwa dan sebagai indikasi melemah pula tingkat keimanan kepada Yang Mahakuasa.
Akhirnya, kita berdoa memohon kepada Yang Mahakuasa semoga negeri ini cepat bangkit dari segala keterpurukan, baik akibat musibah karena ulah manusia secara langsung, korupsi, teror bom maupun melalui alam. Semoga pula negeri ini berada dalam keadaan aman, sentosa, dan sejahtera serta menyandang negeri yang baldatun thoyyibatun warobbun ghofuur. Amin. (Penulis, Ketua KDM At-Taqwa, Cicalengka Mekarmukti, Kec. Cihampelas, Bandung Barat)** Galamedia
DI dalam Alquran dan sejarah para nabi dan rasul Allah, terdapat banyak perumpamaan dan kisah yang dapat dipetik hikmahnya. Juga dijadikan pelajaran yang berharga oleh orang-orang beriman. Salah satunya kisah Nabi Ayyub AS.
Nabi Ayuub AS adalah seorang nabi dan rasul Allah, yang mempunyai sifat pemurah dan penyayang. Ia menyayangi orang-orang fakir dan miskin, mengayomi anak-anak yatim serta sangat menghormati orang-orang yang bertamu kepadanya. Selain itu, ia juga berdakwah tentang keesaan Allah SWT dan menyampaikan larangan untuk memusyrikkan-Nya.
Nabi Ayyub AS mempunyai harta yang banyak berupa unta-unta dan puluhan ribu hewan ternak lainnya, berpuluh-puluh hamba sahaya dan pembantu, serta beribu hektare tanah dan ladang. Selain itu, ia pun mempunyai banyak anak. Anak-anaknya tersebut saleh dan berbakti. Namun semua anak-anak dan hartanya itu "musnah" ditimpa berbagai musibah. Hewan-hewan ternaknya mati, tanah dan ladangnya kering tidak bisa ditumbuhi tanaman, rumah dan gedung-gedungnya terbakar, anak-anaknya meninggal karena tertimbun bangunan ketika gempa, dan ia sendiri terkena bermacam-macam penyakit. Terutama penyakit lepra, sampai tidak ada anggota tubuhnya yang utuh. Kecuali jantung, hati, dan lidahnya yang selalu digunakannya untuk berzikir kepada Allah SWT.
Walaupun berbagai musibah menimpa dirinya, tetapi Nabi Ayyub AS tetap bersabar dan berzikir kepada Allah, baik malam, siang, pagi maupun sore. Tidak ada waktu yang berlalu sia-sia baginya, semua senantiasa ditaburi zikir dan mendekatkan diri kepada-Nya. Adapun istrinya tetap bersabar bersamanya, walaupun pada akhirnya sempat meninggalkan Nabi ayyub As.
Bagi Nabi Ayyub AS musibah yang menimpanya merupakan suatu ujian. Kesabaran, harapan, pujian, dan rasa syukur kepada Allah SWT tetap dilaksanakannya walaupun di dalam keadaan yang serbasusah karena musibah tersebut. Adapun mengenai rentang waktu musibah yang dialami Nabi Ayyub AS, para ulama berbeda pendapat. Ada yang mengatakan tiga tahun, tujuh tahun, bahkan ada yang berpendapat bahwa ujian yang dialami Nabi Ayyub tersebut selama 18 tahun. Namun, yang lebih mahsyur menyatakan selama tujuh tahun.
Setelah ditinggalkan istrinya, Nabi Ayyub tinggal seorang diri di rumah. Ia bermunajat kepada Allah dengan sepenuh hati memohon rahmat dan kasih sayang-Nya. Ia berdoa, "Wahai Tuhanku, aku telah diganggu setan dengan kepayahan dan kesusahan serta siksaan dan Engkaulah wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang."
Allah menerima doa Nabi Ayyub yang telah mencapai puncak kesabaran dan keteguhan iman serta berhasil memenangkan perjuangannya melawan hasutan dan bujukan Iblis. Allah mewahyukan firman kepadanya sebagaimana yang tertera dalam Alquran Surah Shad ayat 41-42, yang artinya, "Ceritakan riwayat hamba Kami, yaitu Ayyub ketika ketika ia berseru kepada Tuhan-Nya, 'Aku ditimpa kepayahan dan penyakit yang disebabkan setan.' Maka Allah SWT berfirman kepadanya, 'Entakkanlah kakimu di bumi, niscaya timbul air yang sejuk untuk mandi dan minum."
Selanjutnya, Nabi Ayyub menjalani hidupnya seperti sediakala, istrinya pun kembali serta mempunyai anak yang banyak dan harta kekayaan yang melimpah. Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. Bahwa Nabi SAW. Bersabda, yang artinya, "Setelah Allah menyembuhkan Ayyub, Dia menjatuhkan belalang emas untuknya. Kemudian Ayyub memungutnya lalu menyimpannya di dalam bajunya. Kemudian dikatakan, 'Hai Ayyub, apakah kamu tidak merasa kenyang?' Ayyub menjawab, 'Ya Tuhanku, siapakah yang merasa kenyang terhadap rahmat-Mu?'" (Muttafaq Alaih).
Kisah di atas menjadi renungan bagi kita, terutama ditengah-tengah negeri ini yang selalu ditimpa musibah. Kisah Nabi Ayyub bisa dijadikan pijakan untuk memotivasi diri agar tidak mudah putus asa dalam menerima musibah yang menimpa. Terkena musibah bukan berarti hina dan kemudian berputus asa. Berputus asa akan semakin melemahkan jiwa dan sebagai indikasi melemah pula tingkat keimanan kepada Yang Mahakuasa.
Akhirnya, kita berdoa memohon kepada Yang Mahakuasa semoga negeri ini cepat bangkit dari segala keterpurukan, baik akibat musibah karena ulah manusia secara langsung, korupsi, teror bom maupun melalui alam. Semoga pula negeri ini berada dalam keadaan aman, sentosa, dan sejahtera serta menyandang negeri yang baldatun thoyyibatun warobbun ghofuur. Amin. (Penulis, Ketua KDM At-Taqwa, Cicalengka Mekarmukti, Kec. Cihampelas, Bandung Barat)** Galamedia