Tren angka partisipasi pemilih pada setiap pemilu di Indonesia termasuk di Jabar, tiap tahun terus menurun. Penurunan parisipasi pemilih juga terjadi pada pemilih intelektual. Padahal pemilih intelektual merupakan mereka yang akan memperbaiki kualitas dan hasil pemilu.
Menurut Gubernur Jabar Ahmad Heryawan, usai membuka workshop "Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu dan Pemilukada" di Aula Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jabar, Jln. Garut Bandung, Kamis (20/10), ke depan para pelajar dan kaum intektual harus diimbau untuk berpartisiapsi dalam setiap pemilu dan pemilukada.
"Makanya, saya juga aneh. Penyebabnya mungkin bisa ditanyakan kepada para pakar. Soalnya kita butuh pemilih dari kaum intelektual untuk memperbaiki kualitas pemilu. Bisa dibayangkan kalau mayoritas yang memilih adalah orang awam, kualitas hasil pemilu bisa tidak maksimal," tegasnya.
Meski demikian, menurutnya, dibanding dengan daerah lain, partisipasi msyarakat dalam pemilukada di Jabar cukup signifikan antara 54 - 77 persen. Namun hal ini harus segera diantisipasi sebab jika angka partisipasi masyarakat dalam pemilu terus menurun maka akan berbahaya.
Sementara itu, Ketua KPU Jabar, Ferry Kurnia Rizkiyansyah mengungkapkan, rata-rata partisipasi masyarakat dalam pemilu di Jabar mencapai 60-70 persen. Hanya di Depok saja yang 54 persen, mungkin karena di daerah perkotaan.
Sebenarnya, kata Ferry, angka partisipasi masyarakat dalam pemilu memang bukan ukuran legitimasi pemilu, tapi banyak diperhatikan oleh masyarakat.
"Banyak faktor yang melatarbelakangi partisipasi masyarakat, di antaranya faktor ekonomi. Karena masalah ini banyak masyarakat Jabar yang menjadi TKW. Ada juga karena faktor politik, seperti banyak masyarakat yang tidak care kepada calon kepala daerah. Faktor lainnya masalah administrasi," ujarnya.
Menurutnya, di antara strategi untuk meningkatkan angka partisipasi masyarakat dalam pemilu, yaitu semua pihak harus terlibat. Termasuk partai politik, tidak hanya KPU. (B.96)** sumber : (GALAMEDIA)
Menurut Gubernur Jabar Ahmad Heryawan, usai membuka workshop "Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu dan Pemilukada" di Aula Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jabar, Jln. Garut Bandung, Kamis (20/10), ke depan para pelajar dan kaum intektual harus diimbau untuk berpartisiapsi dalam setiap pemilu dan pemilukada.
"Makanya, saya juga aneh. Penyebabnya mungkin bisa ditanyakan kepada para pakar. Soalnya kita butuh pemilih dari kaum intelektual untuk memperbaiki kualitas pemilu. Bisa dibayangkan kalau mayoritas yang memilih adalah orang awam, kualitas hasil pemilu bisa tidak maksimal," tegasnya.
Meski demikian, menurutnya, dibanding dengan daerah lain, partisipasi msyarakat dalam pemilukada di Jabar cukup signifikan antara 54 - 77 persen. Namun hal ini harus segera diantisipasi sebab jika angka partisipasi masyarakat dalam pemilu terus menurun maka akan berbahaya.
Sementara itu, Ketua KPU Jabar, Ferry Kurnia Rizkiyansyah mengungkapkan, rata-rata partisipasi masyarakat dalam pemilu di Jabar mencapai 60-70 persen. Hanya di Depok saja yang 54 persen, mungkin karena di daerah perkotaan.
Sebenarnya, kata Ferry, angka partisipasi masyarakat dalam pemilu memang bukan ukuran legitimasi pemilu, tapi banyak diperhatikan oleh masyarakat.
"Banyak faktor yang melatarbelakangi partisipasi masyarakat, di antaranya faktor ekonomi. Karena masalah ini banyak masyarakat Jabar yang menjadi TKW. Ada juga karena faktor politik, seperti banyak masyarakat yang tidak care kepada calon kepala daerah. Faktor lainnya masalah administrasi," ujarnya.
Menurutnya, di antara strategi untuk meningkatkan angka partisipasi masyarakat dalam pemilu, yaitu semua pihak harus terlibat. Termasuk partai politik, tidak hanya KPU. (B.96)** sumber : (GALAMEDIA)