BANDUNG, (PRLM).- Walikota Bandung, H.Dada Rosada, meminta pengurus Yayasan Thalassaemia Bandung (YTB) segera membentuk tim kerja bersama sejumlah SKPD Pemkot Bandung dalam waktu satu minggu ke depan. Kemudian segera melakukan sosialisai memberikan pemahaman kepada masyarakat kota, khususnya kalangan generasi muda tentang penyakit Thalassaemia (penyakit kelainan darah) yang sampai saat ini belum ada obatnya,kecuali melalui transfusie darah terus menerus.
"Setelah melakukan sosialisasi, segera lanjutkan dengan skrining/pemeriksaan darah thalassaemia sebagai upaya 'memutus mata rantai Thalassaemia', sebagaimana telah dilakukan bulan lalu terhadap 1.088 mahasiswa baru Itenas," kata Walikota saat menerima Pengurus Yayasan Thalassaemia Bandung, di Pendopo Kota Bandung, Jumat (21/10).
Sebagaimana disampaikan penjelasan oleh Iman Tedjarahmana Ketua harian Yayasan Thalassaemia Bandung, Jumat pagi kemarin di Pendopo Jl.Dalem Kaum Bdg di hadapan Walikota Bandung dan pimpinan SKPD terkait,penderita di Jabar Thalassaemia di Jabar ada 1.700 penderita dan di Bandung terbanyak ada 608 orang, dan cenderung penambahan pendeita baru rata-rata bertambah 5% yang lahir dari pasangan suami-isteri pembawa sifat.
Menurut Walikota Bandung, masalah penyakit ini merupakan tanggungjawab bersama pemerintah dan masyarakat yang peduli. Bila penyakit ini tidak dicegah, maka beban pemerintah dan masyarakat akan semakin berat, karena tiap satu penderita thalassaemia, memerlukan biaya transfusi darah, obat-obatan dan alat pembuang zat besi tidak kuang dari Rp 8 juta/bulan/penderita.
"Kepada tim kerja yang dibentuk nanti segera membuat perencanaan sekaligus perkiraan biaya yang dibutuhkan, agar Pemkot bisa mensubsidi melalui dana hibah. Untuk tahap awal bisa saja hibah yang peliu disiapkan antara Rp 500 juta sampai Rp 1 miliar." kata Dada.
Menurut Ketua Harian Yayasan Thalassaemia Bandung, Iman Tedjarahmana, penderita Thalassaemia di Jabar ada sekitar 1.700 orang dan terbanyak di Bandung mencapai 608 orang. "Cenderung penambahan pendeita baru rata-rata bertambah 5% yang lahir dari pasangan suami-isteri pembawa sifat," katanya.
Dikatakan Iman, Yayasan Thallassaemia melakukan pencegahan agar tidak bertambahnya penderita baru melalui sosialisasi dan pemeiksaan darah sebelum menikah sebagai bagian dari program â€Å“memutus mata rantai thalassaemia", khususnya di kalangan generasi muda (mahasiswa dan siswa SMA/SMK), karena seusia mereka nampaknya sudah mulai bepacaran yang akan melanjutkan ke jenjang pernaikahan.
"Di pintu inilah kami mengingatkan untuk melakukan pemeriksaan darah thallassaemia, agar tidak terjadi perkawinan sesame pembawa sifat thallassaemia yang akhirnya melahirkan bayi penderita thallassaemia," jelas Iman. (das)***
sumber : www.pikiran-rakyat.com
"Setelah melakukan sosialisasi, segera lanjutkan dengan skrining/pemeriksaan darah thalassaemia sebagai upaya 'memutus mata rantai Thalassaemia', sebagaimana telah dilakukan bulan lalu terhadap 1.088 mahasiswa baru Itenas," kata Walikota saat menerima Pengurus Yayasan Thalassaemia Bandung, di Pendopo Kota Bandung, Jumat (21/10).
Sebagaimana disampaikan penjelasan oleh Iman Tedjarahmana Ketua harian Yayasan Thalassaemia Bandung, Jumat pagi kemarin di Pendopo Jl.Dalem Kaum Bdg di hadapan Walikota Bandung dan pimpinan SKPD terkait,penderita di Jabar Thalassaemia di Jabar ada 1.700 penderita dan di Bandung terbanyak ada 608 orang, dan cenderung penambahan pendeita baru rata-rata bertambah 5% yang lahir dari pasangan suami-isteri pembawa sifat.
Menurut Walikota Bandung, masalah penyakit ini merupakan tanggungjawab bersama pemerintah dan masyarakat yang peduli. Bila penyakit ini tidak dicegah, maka beban pemerintah dan masyarakat akan semakin berat, karena tiap satu penderita thalassaemia, memerlukan biaya transfusi darah, obat-obatan dan alat pembuang zat besi tidak kuang dari Rp 8 juta/bulan/penderita.
"Kepada tim kerja yang dibentuk nanti segera membuat perencanaan sekaligus perkiraan biaya yang dibutuhkan, agar Pemkot bisa mensubsidi melalui dana hibah. Untuk tahap awal bisa saja hibah yang peliu disiapkan antara Rp 500 juta sampai Rp 1 miliar." kata Dada.
Menurut Ketua Harian Yayasan Thalassaemia Bandung, Iman Tedjarahmana, penderita Thalassaemia di Jabar ada sekitar 1.700 orang dan terbanyak di Bandung mencapai 608 orang. "Cenderung penambahan pendeita baru rata-rata bertambah 5% yang lahir dari pasangan suami-isteri pembawa sifat," katanya.
Dikatakan Iman, Yayasan Thallassaemia melakukan pencegahan agar tidak bertambahnya penderita baru melalui sosialisasi dan pemeiksaan darah sebelum menikah sebagai bagian dari program â€Å“memutus mata rantai thalassaemia", khususnya di kalangan generasi muda (mahasiswa dan siswa SMA/SMK), karena seusia mereka nampaknya sudah mulai bepacaran yang akan melanjutkan ke jenjang pernaikahan.
"Di pintu inilah kami mengingatkan untuk melakukan pemeriksaan darah thallassaemia, agar tidak terjadi perkawinan sesame pembawa sifat thallassaemia yang akhirnya melahirkan bayi penderita thallassaemia," jelas Iman. (das)***
sumber : www.pikiran-rakyat.com