Laporan Ummy Latifah, Direktur Trudee, Bandung
Anda pernah memakai kompas penunjuk arah? Kita tahu jika kompas didekatkan dengan magnet jarumnya tidak akan menunjuk arah dengan benar. Tetapi tidak banyak yang tahu jika kompas di bawa ke sebuah tempat di Selatan Bandung yaitu Gunung Sadu Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, jika didekatkan dengan bongkahan batu di
Gunung Sadu tidak akan berfungsi dengan benar. Getorek kali ini yang diadakan oleh Geotrek Indonesia, Sabtu 9 April 2011 mengunjungi tempat tersebut bersama seorangahli Geologi senior lulusan UniUniversitas PadjajaranAwangH.Satyana, bersama pesertadari berbagai kalangan dari dalamdan luar negeri.
Gunung Sadu ini juga menjadi tempat keramat bagi masyarakat, halini menurut Awang kemungkin karena energy magnet yang di miliki bebatuan di Gunung Sadu.
Anda pasti sering mendengar tentang penyembuhan penyakit dengan memakai cara magnetis.
Bahkant abib atau dokter jaman dahulu kala memakai pengobatan magnetis (terapimagnetik) untuk penyembuahanberbagai penyakit.Terapi magnetic jaman dulu yang terkenal misalnya paracelcus (1493- 1541) dan Mermes (1734 - 1815).Metode penyembuh masalalu itu percaya bahwa ada kekuatan magnetic dan cairan universal yang dapat menyeimbangkan fungsi tubuh.
Geotrek untuk kali inimembedah kekuatan energi magnetic yang dimiliki di Gunung Sadu berdasar dari Buku Wisata Bumi Cekungan Bandung yang ditulisoleh Budi Brahmantyod an T Bachtiar. Ternyata Gunung Sadu sebagai sumber energi magnetik yang lebih kuat dari energi magnetik yang dimiliki oleh inti luar bumi.
Bahkan dalam wisata edukatif ini, Awang membuka poster besar tentang potensi Gunung Sadu Soreang yang sering dikeramatkan memiliki sumber energi magnetik yang bisamengacaukan arah jarum kompas.Hal ini karena di Gunung Sadu terdiri dari bongkahan batu bekas aliran lava yang bersifat dasit. Sehingga bongkah-bongkah batu itu bersifat magnetic dan sekarang sekelilingnya memiliki medan magnet. Karena medan magnet ini pula mungkin gunung Sadudi keramatkan oleh masyarakat karena mengandung energy yang besar meskipun lama kelamaan bisa berkurang.
Menurut Awang, energi magnetic di Gunung Sadu ini lebih kuat dari energy magnetic yang dimiliki magnet bumi yang terdapat di intiluarbumi.Sehingga jika kompas berada di dekat bongkahan batu Gunung Sadu jarum kompas tidak akan mengarah ke utara tetapi mengarah kebongkahan batu Gunung Sadu. Hal ini disebabkan konsentrasi mineral mangnetik yang terkandung di dalam bongkahan Gunung Sadu lebih kuat menarik jarum kompas daripada energi magnetic yang ada di inti luarbumi.
Gunung Sadu yang memiliki ketinggian (895mdpl) dan terbentuk 4 juta tahun yang lalu ini memiliki energi magnetik mengandung mineral besi yaitu :magnetit, siderit, pirit. Hal ini merupakan potensi bijih besi dan sangat mungkin jika ditambang. Awang mengatakan kandungan bijihbesi ini pula bagian daripotensi GunungSadu.
Namun kondisi sekarang hampir di seluruh lerengnya dipakai sebaga ipemakaman umum. Ada juga bebera pamakam tuad engan nisan batu. Karena sanga tcuram dengan kemiringan 60 derajat untuk mencapai batu magnet di Gunung Sadu sehingga para peserta Geotrek Indonesa tidak mencapai batumagnet demi keamanan. Namun narasumber Awang H Satyana dengan memakai foster gambar posisi dan potensi Gunung Sadu peserta Geotrek Indonesia mudah memahami materi yang diberikan meskipun berada di kaki Gunung Sadu.*
Anda pernah memakai kompas penunjuk arah? Kita tahu jika kompas didekatkan dengan magnet jarumnya tidak akan menunjuk arah dengan benar. Tetapi tidak banyak yang tahu jika kompas di bawa ke sebuah tempat di Selatan Bandung yaitu Gunung Sadu Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, jika didekatkan dengan bongkahan batu di
Gunung Sadu tidak akan berfungsi dengan benar. Getorek kali ini yang diadakan oleh Geotrek Indonesia, Sabtu 9 April 2011 mengunjungi tempat tersebut bersama seorangahli Geologi senior lulusan UniUniversitas PadjajaranAwangH.Satyana, bersama pesertadari berbagai kalangan dari dalamdan luar negeri.
Gunung Sadu ini juga menjadi tempat keramat bagi masyarakat, halini menurut Awang kemungkin karena energy magnet yang di miliki bebatuan di Gunung Sadu.
Anda pasti sering mendengar tentang penyembuhan penyakit dengan memakai cara magnetis.
Bahkant abib atau dokter jaman dahulu kala memakai pengobatan magnetis (terapimagnetik) untuk penyembuahanberbagai penyakit.Terapi magnetic jaman dulu yang terkenal misalnya paracelcus (1493- 1541) dan Mermes (1734 - 1815).Metode penyembuh masalalu itu percaya bahwa ada kekuatan magnetic dan cairan universal yang dapat menyeimbangkan fungsi tubuh.
Geotrek untuk kali inimembedah kekuatan energi magnetic yang dimiliki di Gunung Sadu berdasar dari Buku Wisata Bumi Cekungan Bandung yang ditulisoleh Budi Brahmantyod an T Bachtiar. Ternyata Gunung Sadu sebagai sumber energi magnetik yang lebih kuat dari energi magnetik yang dimiliki oleh inti luar bumi.
Bahkan dalam wisata edukatif ini, Awang membuka poster besar tentang potensi Gunung Sadu Soreang yang sering dikeramatkan memiliki sumber energi magnetik yang bisamengacaukan arah jarum kompas.Hal ini karena di Gunung Sadu terdiri dari bongkahan batu bekas aliran lava yang bersifat dasit. Sehingga bongkah-bongkah batu itu bersifat magnetic dan sekarang sekelilingnya memiliki medan magnet. Karena medan magnet ini pula mungkin gunung Sadudi keramatkan oleh masyarakat karena mengandung energy yang besar meskipun lama kelamaan bisa berkurang.
Menurut Awang, energi magnetic di Gunung Sadu ini lebih kuat dari energy magnetic yang dimiliki magnet bumi yang terdapat di intiluarbumi.Sehingga jika kompas berada di dekat bongkahan batu Gunung Sadu jarum kompas tidak akan mengarah ke utara tetapi mengarah kebongkahan batu Gunung Sadu. Hal ini disebabkan konsentrasi mineral mangnetik yang terkandung di dalam bongkahan Gunung Sadu lebih kuat menarik jarum kompas daripada energi magnetic yang ada di inti luarbumi.
Gunung Sadu yang memiliki ketinggian (895mdpl) dan terbentuk 4 juta tahun yang lalu ini memiliki energi magnetik mengandung mineral besi yaitu :magnetit, siderit, pirit. Hal ini merupakan potensi bijih besi dan sangat mungkin jika ditambang. Awang mengatakan kandungan bijihbesi ini pula bagian daripotensi GunungSadu.
Namun kondisi sekarang hampir di seluruh lerengnya dipakai sebaga ipemakaman umum. Ada juga bebera pamakam tuad engan nisan batu. Karena sanga tcuram dengan kemiringan 60 derajat untuk mencapai batu magnet di Gunung Sadu sehingga para peserta Geotrek Indonesa tidak mencapai batumagnet demi keamanan. Namun narasumber Awang H Satyana dengan memakai foster gambar posisi dan potensi Gunung Sadu peserta Geotrek Indonesia mudah memahami materi yang diberikan meskipun berada di kaki Gunung Sadu.*