Kematian adalah sebuah keniscayaan. Datang dan pergi seperti halnya kelahiran. Ada waktu untuk berduka dan setelah itu hidup kembali berjalan. Tapi beberapa peristiwa kematian ternyata tidak bisa dilupakan begitu saja. Setidaknya tercatat sebagai peristiwa yang tidak hanya untuk diingat tapi juga menjadi peringatan bahkan "inpsirasi". Seperti kematian para pesohor. Apalagi jika penyebabnya tidak diketahui dan menjadi misteri selama beberapa lama. Belum lama majalah TIME merangkumnya. Siapa saja mereka yang kematiannya tetap diingat dan bagaimana kisahnya? Berikut di antaranya.
The Black Dahlia
Salah satu kasus pembunuhan yang paling terkenal di Hollywood terjadi pada 15 Januari 1947 saat aktris muda Elizabeth Short (22) ditemukan tak bernyawa di Norton Avenue, Los Angeles. Selain karena korban dikenal sebagai aktris yang mulai bersinar pada masanya, kasus ini pun menghiasi media karena dari kondisi jasadnya, Elizabeth jelas menjadi korban pembunuhan. Tepatnya pembunuhan sadis. Saat ditemukan tubuhnya nyaris terbagi dua dan selain itu ia juga kehilangan darah dalam presisi yang hanya bisa dilakukan dengan cermat.
Tidak itu saja, pelaku juga meninggalkan luka sayat tiga inci di masing-masing ujung mulut korban hingga menimbulkan efek seakan korban tengah tersenyum, "senyum kematian". Publik juga dibuat merinding karena pembunuhan ini dilakukan tepat di jantung bisnis hiburan, bukan tempat terpencil yang tidak mungkin ditemukan siapa pun. Perhatian masif pun tertuju pada setiap setail penyelidikan kasus ini. Dalam hal ini polisi bahkan bekerja sama dengan pihak media untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya. Mereka bekerja keras mengumpulkan bukti-bukti di tempat kejadian perkara.
Tapi hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Kesaksian dari sejumlah orang tidak mengarah pada siapa pun yang bisa disasar sebagai pelaku. Bahkan beberapa yang ditahan kembali dilepas karena terbukti tidak memiliki keterkaitan atau bukti memadai. Setelah itu perhatian mulai tertuju pada kehidupan korban sebelumnya hingga memulai spekulasi dan sensasi lainnya.
Disebutkan sebelum kematiannya Elizabeth sangat berduka setelah lelaki yang dicintainya meninggal dunia. Tidak bisa menangani masa-masa penuh kesedihan itu ia kemudian mulai berpetualang di sejumlah klub, termasuk klub jazz. Tidak hanya menikmati musik, ia disebut-sebut melampiaskan kedukaan dan rasa frustrasinya dengan mendekati pria mana pun yang bisa didekati dan menerimanya. Tapi semua ini sama sekali tidak membantu penyelidikan yang dilakukan untuk mengungkap penyebab kematiannya.
Meski tetap menyimpan misteri kematian Elizabeth terbukti menginspirasi sejumlah pekerja seni. Tercatat beberapa serial televisi diangkat dari kisahnya. Belum termasuk acara khusus lainnya dan buku-buku yang juga ditulis untuk memaparkan kisah di balik semua yang menyangkut kematian dan kehidupannya. Salah satunya yang ditulis Steve Hodel yang juga mengutip keterangan ayahnya, seorang dokter dari Los Angeles, menyebut kasus ini sebagai kasus pembunuhan Black Dahlia. Hingga kini tidak pernah ada tuntutan apa pun terhadap siapa pun yang diduga sebagai pelaku.
Edgar Allen Poe
Pengarang dengan rambut hitam legam ini meninggalkan New York pada 1849 dengan tujuan Richmond. Tapi publik kemudian tahu ia tidak pernah mencapai kota yang dituju. Seorang warga menemukan penulis yang selalu bersemangat sekaligus tidak mudah dimengerti ini di depan sebuah bar pada tanggal 3 Oktober di tahun yang sama dengan kondisi fisik yang lemah. Poe pun dilarikan ke rumah sakit dan meninggal empat hari kemudian.
Media lokal menyebut "gangguan fungsi otak" sebagai penyebab kematiannya, sebuah istilah yang dianggap lebih halus untuk keracunan alcohol. Tetapi tak lama setelah itu sejumlah kalangan terpelajar menolak alasan tersebut dan menganggapnya terlalu berlebihan. Termasuk di antaranya kritikus sastra Rufus Wilmot Griswold. Tapi tidak ada yang bisa memastikan karena akta kematian yang seharusnya menjelaskan hal ini --jika memang sempat dikeluarkan-- tidak pernah ditemukan.
Beberapa ahli sejarah memiliki pendapatnya sendiri. Mereka yakin Poe meninggal dengan alasan lain seperti rabies, kolera atau sifilis, dan penyakit ternyata bukan satu-satunya kemungkinan. Fakta bahwa Poe ditemukan warga di hari yang sama saat pemerintah kota tengah melakukan pemungutan suara memicu spekulasi lain tentang kematiannya. Sebagian yakin Poe menjadi korban "penculikan". Sebuah praktik yang saat itu tidak jarang dilakukan kalangan politisi.
Mereka menyewa para pelaku kriminal untuk menculik penduduk kelas bawah terutama gelandangan untuk digiring ke tempat pemungutan suara. Sebelumnya para pemungut suara dadakan ini diberi pakaian sedemikian rupa sehingga tidak terlihat seperti masyarakat golongan bawah. Paling tidak bagi mereka hal ini menjelaskan mengapa Poe tidak mengenakan pakaian miliknya saat ditemukan.
Nicole Brown
Salah satu kasus pembunuhan yang paling menarik perhatian publik Amerika adalah kasus O.J. Simpson. Atlet american football yang diduga membunuh mantan istrinya. Sang mantan ditemukan tewas bersama kekasihnya pada 12 Juni 1994 di Los Angeles. Pro dan kontra bermunculan karena sosok Simpson yang sebelumnya dikenal nyaris tidak bermasalah, baik sebagai atlet maupun perilakunya sebagai selebritas olahraga.
Tapi bagaimanapun pengadilan digelar dan keputusan diambil di tengah pendapat yang bersilangan. Dengan sejumlah bukti yang mengarah padanya, mulai dari bukti-bukti forensik hingga penyelidikan maraton yang melelahkan, tim kuasa hukum Simpson akhirnya berhasil meyakinkan juri bahwa kasus ini harus dihentikan. Salah satu hal yang paling meyakinkan menurut mereka adalah sarung tangan yang ditemukan di tempat kejadian perkara. Meski disebut-sebut milik Simpson nyatanya sarung tangan tersebut tidak muat di tangan atlet yang juga aktor tersebut.
Sebagai salah satu bentuk pembelaannya Simpson juga menulis buku If I Did It. Se buah keputusan yang dianggap bisa memengaruhi opini publik. Akhirnya pada 3 Oktober 1995 pengadilan pun menyatakan putusannya. Simpson dinyatakan bersalah untuk tuntutan pelanggaran sipil dan terbebas dari tuduhan terkait kasus kriminal terkait kematian istri dan teman prianya.
Perempuan Ciudad Juarez
Dikenal sebagai kota tempat menghilangnya sejumlah perempuan, Juarez adalah wilayah miskin perbatasan Meksiko di mana ratusan perempuan, sebagian bahkan menyebut ribuan, menjadi korban tindak kekerasan mulai dari pemerkosaan, penyiksaan, dan pembunuhan selama lebih dari satu dekade. Kebanyakan dari mereka bekerja di pabrik-pabrik yang memang banyak didirikan atau sekadar mendekati kesempatan untuk menyelinap ke Amerika Serikat demi kehidupan yang lebih layak. Untuk itu Amnesty International meminta pihak berwenang Meksiko memprioritaskan tindakan tegas terhadap para pelaku kekerasan tersebut.
Tapi di tengah perang obat-obatan terlarang yang semakin meningkat di negara tetangga dan korupsi yang mewarnai pemerintahan, hanya sedikit upaya yang bisa dilakukan terhadap serangan yang terjadi pada perempuan di Ciudad Juarez.
Marisela Ortiz, koordinator lembaga nonpemerintah Nuestras Hijaz de Regreso a Casa (Semoga Putri Kami Kembali ke Rumah) yang peduli terhadap isu ini, kepada Herald Tribune edisi Amerika Latin mengatakan, pembunuhan yang terjadi di Juarez merupakan ekses dari persaingan internal para mafia obat-obatan terlarang dalam memperebutkan wilayah kekuasaan. Dalam situsnya mereka juga menyatakan, hingga 18 Desember 2008 semua usaha yang dilakukan tidak memecahkan apa pun.
Tupac Shakur dan B.I.G.
Tupac Shakur sebelumnya tercatat sebagai korban penembakan. Penyanyi hiphop bertato yang kerap "mendaraskan" lirik-lirik yang mengutuk diri ini tak lain sosok sentral dalam persaingan antar-penyanyi di genre tersebut, khususnya antara para musisi pesisir timur dan barat Negeri Paman Sam. Penembakan pertama setidaknya menyasarnya dengan lima peluru pada 30 November 1994, termasuk dua tembakan di arah kepala. Shakur yang selama itu tinggal di Los Angeles menunjuk sejumlah rapper New York, termasuk Sean Combs dan Notorious B.I.G. sebagai otak serangan. Ia juga sempat merilis lagu berisi cacian terhadap keduanya, bahkan mengaku terlibat affair dengan istri Biggie.
Pada 7 September 1996 Shakur yang menghabiskan waktu dengan menyaksikan pertandingan tinju Mike Tyson di MGM Grand LA menumpang mobil milik CEO Death Row Records, Suge Knight. Saat berhenti karena lampu merah, sebuah mobil Cadillac putih mendekat. Pengemudi menurunkan kaca jendela dan setelah itu berondongan peluru mengarah ke kursi penumpang mobil yang ditumpangi Shakur. Shakur kemudian dibawa ke rumah sakit dan enam hari kemudian dinyatakan meninggal akibat pendarahan internal.
Beberapa bulan setelah itu, saat tengah menunggu lampu merah, nasib Biggie berakhir sama dengan Shakur. Spekulasi dan teori konspirasi bermunculan. Selain itu para saksi yang dalam kasus ini tidak bisa bekerja sama serta investigasi polisi yang jga dianggap "ogah-ogahan" membuat dua kasus pembunuhan tersebut tidak pernah benar-benar terungkap.
Album terakhir Shakur, Makaveli: The Don Killuminati/The 7 Day Theory dirilis beberapa bulan setelah kematiannya. Judul album ini diambil dari nama Niccolo Machiavelli, filsuf Italia yang disebut-sebut memalsukan kematiannya sendiri (meski banyak pihak tidak mempercayainya) dan dipelajari Shakur saat mendekam di penjara selama 11 bulan pada tahun 1994. (mia fahrani/"GM"/net)**
The Black Dahlia
Salah satu kasus pembunuhan yang paling terkenal di Hollywood terjadi pada 15 Januari 1947 saat aktris muda Elizabeth Short (22) ditemukan tak bernyawa di Norton Avenue, Los Angeles. Selain karena korban dikenal sebagai aktris yang mulai bersinar pada masanya, kasus ini pun menghiasi media karena dari kondisi jasadnya, Elizabeth jelas menjadi korban pembunuhan. Tepatnya pembunuhan sadis. Saat ditemukan tubuhnya nyaris terbagi dua dan selain itu ia juga kehilangan darah dalam presisi yang hanya bisa dilakukan dengan cermat.
Tidak itu saja, pelaku juga meninggalkan luka sayat tiga inci di masing-masing ujung mulut korban hingga menimbulkan efek seakan korban tengah tersenyum, "senyum kematian". Publik juga dibuat merinding karena pembunuhan ini dilakukan tepat di jantung bisnis hiburan, bukan tempat terpencil yang tidak mungkin ditemukan siapa pun. Perhatian masif pun tertuju pada setiap setail penyelidikan kasus ini. Dalam hal ini polisi bahkan bekerja sama dengan pihak media untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya. Mereka bekerja keras mengumpulkan bukti-bukti di tempat kejadian perkara.
Tapi hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Kesaksian dari sejumlah orang tidak mengarah pada siapa pun yang bisa disasar sebagai pelaku. Bahkan beberapa yang ditahan kembali dilepas karena terbukti tidak memiliki keterkaitan atau bukti memadai. Setelah itu perhatian mulai tertuju pada kehidupan korban sebelumnya hingga memulai spekulasi dan sensasi lainnya.
Disebutkan sebelum kematiannya Elizabeth sangat berduka setelah lelaki yang dicintainya meninggal dunia. Tidak bisa menangani masa-masa penuh kesedihan itu ia kemudian mulai berpetualang di sejumlah klub, termasuk klub jazz. Tidak hanya menikmati musik, ia disebut-sebut melampiaskan kedukaan dan rasa frustrasinya dengan mendekati pria mana pun yang bisa didekati dan menerimanya. Tapi semua ini sama sekali tidak membantu penyelidikan yang dilakukan untuk mengungkap penyebab kematiannya.
Meski tetap menyimpan misteri kematian Elizabeth terbukti menginspirasi sejumlah pekerja seni. Tercatat beberapa serial televisi diangkat dari kisahnya. Belum termasuk acara khusus lainnya dan buku-buku yang juga ditulis untuk memaparkan kisah di balik semua yang menyangkut kematian dan kehidupannya. Salah satunya yang ditulis Steve Hodel yang juga mengutip keterangan ayahnya, seorang dokter dari Los Angeles, menyebut kasus ini sebagai kasus pembunuhan Black Dahlia. Hingga kini tidak pernah ada tuntutan apa pun terhadap siapa pun yang diduga sebagai pelaku.
Edgar Allen Poe
Pengarang dengan rambut hitam legam ini meninggalkan New York pada 1849 dengan tujuan Richmond. Tapi publik kemudian tahu ia tidak pernah mencapai kota yang dituju. Seorang warga menemukan penulis yang selalu bersemangat sekaligus tidak mudah dimengerti ini di depan sebuah bar pada tanggal 3 Oktober di tahun yang sama dengan kondisi fisik yang lemah. Poe pun dilarikan ke rumah sakit dan meninggal empat hari kemudian.
Media lokal menyebut "gangguan fungsi otak" sebagai penyebab kematiannya, sebuah istilah yang dianggap lebih halus untuk keracunan alcohol. Tetapi tak lama setelah itu sejumlah kalangan terpelajar menolak alasan tersebut dan menganggapnya terlalu berlebihan. Termasuk di antaranya kritikus sastra Rufus Wilmot Griswold. Tapi tidak ada yang bisa memastikan karena akta kematian yang seharusnya menjelaskan hal ini --jika memang sempat dikeluarkan-- tidak pernah ditemukan.
Beberapa ahli sejarah memiliki pendapatnya sendiri. Mereka yakin Poe meninggal dengan alasan lain seperti rabies, kolera atau sifilis, dan penyakit ternyata bukan satu-satunya kemungkinan. Fakta bahwa Poe ditemukan warga di hari yang sama saat pemerintah kota tengah melakukan pemungutan suara memicu spekulasi lain tentang kematiannya. Sebagian yakin Poe menjadi korban "penculikan". Sebuah praktik yang saat itu tidak jarang dilakukan kalangan politisi.
Mereka menyewa para pelaku kriminal untuk menculik penduduk kelas bawah terutama gelandangan untuk digiring ke tempat pemungutan suara. Sebelumnya para pemungut suara dadakan ini diberi pakaian sedemikian rupa sehingga tidak terlihat seperti masyarakat golongan bawah. Paling tidak bagi mereka hal ini menjelaskan mengapa Poe tidak mengenakan pakaian miliknya saat ditemukan.
Nicole Brown
Salah satu kasus pembunuhan yang paling menarik perhatian publik Amerika adalah kasus O.J. Simpson. Atlet american football yang diduga membunuh mantan istrinya. Sang mantan ditemukan tewas bersama kekasihnya pada 12 Juni 1994 di Los Angeles. Pro dan kontra bermunculan karena sosok Simpson yang sebelumnya dikenal nyaris tidak bermasalah, baik sebagai atlet maupun perilakunya sebagai selebritas olahraga.
Tapi bagaimanapun pengadilan digelar dan keputusan diambil di tengah pendapat yang bersilangan. Dengan sejumlah bukti yang mengarah padanya, mulai dari bukti-bukti forensik hingga penyelidikan maraton yang melelahkan, tim kuasa hukum Simpson akhirnya berhasil meyakinkan juri bahwa kasus ini harus dihentikan. Salah satu hal yang paling meyakinkan menurut mereka adalah sarung tangan yang ditemukan di tempat kejadian perkara. Meski disebut-sebut milik Simpson nyatanya sarung tangan tersebut tidak muat di tangan atlet yang juga aktor tersebut.
Sebagai salah satu bentuk pembelaannya Simpson juga menulis buku If I Did It. Se buah keputusan yang dianggap bisa memengaruhi opini publik. Akhirnya pada 3 Oktober 1995 pengadilan pun menyatakan putusannya. Simpson dinyatakan bersalah untuk tuntutan pelanggaran sipil dan terbebas dari tuduhan terkait kasus kriminal terkait kematian istri dan teman prianya.
Perempuan Ciudad Juarez
Dikenal sebagai kota tempat menghilangnya sejumlah perempuan, Juarez adalah wilayah miskin perbatasan Meksiko di mana ratusan perempuan, sebagian bahkan menyebut ribuan, menjadi korban tindak kekerasan mulai dari pemerkosaan, penyiksaan, dan pembunuhan selama lebih dari satu dekade. Kebanyakan dari mereka bekerja di pabrik-pabrik yang memang banyak didirikan atau sekadar mendekati kesempatan untuk menyelinap ke Amerika Serikat demi kehidupan yang lebih layak. Untuk itu Amnesty International meminta pihak berwenang Meksiko memprioritaskan tindakan tegas terhadap para pelaku kekerasan tersebut.
Tapi di tengah perang obat-obatan terlarang yang semakin meningkat di negara tetangga dan korupsi yang mewarnai pemerintahan, hanya sedikit upaya yang bisa dilakukan terhadap serangan yang terjadi pada perempuan di Ciudad Juarez.
Marisela Ortiz, koordinator lembaga nonpemerintah Nuestras Hijaz de Regreso a Casa (Semoga Putri Kami Kembali ke Rumah) yang peduli terhadap isu ini, kepada Herald Tribune edisi Amerika Latin mengatakan, pembunuhan yang terjadi di Juarez merupakan ekses dari persaingan internal para mafia obat-obatan terlarang dalam memperebutkan wilayah kekuasaan. Dalam situsnya mereka juga menyatakan, hingga 18 Desember 2008 semua usaha yang dilakukan tidak memecahkan apa pun.
Tupac Shakur dan B.I.G.
Tupac Shakur sebelumnya tercatat sebagai korban penembakan. Penyanyi hiphop bertato yang kerap "mendaraskan" lirik-lirik yang mengutuk diri ini tak lain sosok sentral dalam persaingan antar-penyanyi di genre tersebut, khususnya antara para musisi pesisir timur dan barat Negeri Paman Sam. Penembakan pertama setidaknya menyasarnya dengan lima peluru pada 30 November 1994, termasuk dua tembakan di arah kepala. Shakur yang selama itu tinggal di Los Angeles menunjuk sejumlah rapper New York, termasuk Sean Combs dan Notorious B.I.G. sebagai otak serangan. Ia juga sempat merilis lagu berisi cacian terhadap keduanya, bahkan mengaku terlibat affair dengan istri Biggie.
Pada 7 September 1996 Shakur yang menghabiskan waktu dengan menyaksikan pertandingan tinju Mike Tyson di MGM Grand LA menumpang mobil milik CEO Death Row Records, Suge Knight. Saat berhenti karena lampu merah, sebuah mobil Cadillac putih mendekat. Pengemudi menurunkan kaca jendela dan setelah itu berondongan peluru mengarah ke kursi penumpang mobil yang ditumpangi Shakur. Shakur kemudian dibawa ke rumah sakit dan enam hari kemudian dinyatakan meninggal akibat pendarahan internal.
Beberapa bulan setelah itu, saat tengah menunggu lampu merah, nasib Biggie berakhir sama dengan Shakur. Spekulasi dan teori konspirasi bermunculan. Selain itu para saksi yang dalam kasus ini tidak bisa bekerja sama serta investigasi polisi yang jga dianggap "ogah-ogahan" membuat dua kasus pembunuhan tersebut tidak pernah benar-benar terungkap.
Album terakhir Shakur, Makaveli: The Don Killuminati/The 7 Day Theory dirilis beberapa bulan setelah kematiannya. Judul album ini diambil dari nama Niccolo Machiavelli, filsuf Italia yang disebut-sebut memalsukan kematiannya sendiri (meski banyak pihak tidak mempercayainya) dan dipelajari Shakur saat mendekam di penjara selama 11 bulan pada tahun 1994. (mia fahrani/"GM"/net)**