DAGO PAKAR,(GM)-
Sedikitnya 72 dari 300 jenis seni tradisional di Jawa Barat terancam punah. Terkait hal itu, Balai Pengelolaan Taman Budaya Provinsi Jawa Barat berupaya melakukan revitalisasi (mengangkat) kembali agar kesenian tersebut tak punah.
"Hingga saat ini, kami baru merevitalisasi 11 seni tradisional yang hampir punah," kata Kepala Balai Pengelolaan Taman Budaya Jabar, Dra. H. Rosdiana Rachmiaty, M.Si., yang ditemui wartawan di ruang kerjanya, Selasa (4/10).
Dikatakan, program revitalisasi sudah mulai dilakukan sejak 2006. Namun setiap tahun pihaknya hanya mampu merevitalisasi satu seni tradisional karena terbentur anggaran.
Baru tahun ini, katanya, dalam satu tahun ada empat seni tradisional yang direvitalisasi, yakni seni topeng menor (Subang), randu kentir (Indramayu), uyeg (kota Sukabumi), dan ketuk tilu (Kota Bandung).
"Bahkan pada tahun 2012, kami pun akan merevitalisasi empat seni tradisional, yakni babangkongan (Kuningan), tarawangsa cikalong (Tasikmalaya), domyak (Purwakarta), dan rengkong hatong (Bogor)," tambahnya.
Seni tradisi yang sudah direvitalisasi di antaranya topeng lakon (Kab. Cirebon), gondang buhun (Ciamis), angklung badud (Kota Tasikmalaya), parebut seeng (Kab. Bogor), goong kaman (Bekasi), cokek (Bekasi), serta ajeng (Karawang).
Anggaran revitalisasi seni tradisional, katanya, berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Jabar. Namun anggaran yang disediakan sangat minim, yakni sekitar Rp 100 juta untuk satu kesenian.
Dalam waktu dekat ini, lanjutnya, Balai Pengelolaan Taman Budaya Jabar akan merevitalisasi seni ketuk tilu dari Kota Bandung. Rencananya, revitalisasi akan dilakukan di Kebun Binatang Bandung. (B.81)**
Sedikitnya 72 dari 300 jenis seni tradisional di Jawa Barat terancam punah. Terkait hal itu, Balai Pengelolaan Taman Budaya Provinsi Jawa Barat berupaya melakukan revitalisasi (mengangkat) kembali agar kesenian tersebut tak punah.
"Hingga saat ini, kami baru merevitalisasi 11 seni tradisional yang hampir punah," kata Kepala Balai Pengelolaan Taman Budaya Jabar, Dra. H. Rosdiana Rachmiaty, M.Si., yang ditemui wartawan di ruang kerjanya, Selasa (4/10).
Dikatakan, program revitalisasi sudah mulai dilakukan sejak 2006. Namun setiap tahun pihaknya hanya mampu merevitalisasi satu seni tradisional karena terbentur anggaran.
Baru tahun ini, katanya, dalam satu tahun ada empat seni tradisional yang direvitalisasi, yakni seni topeng menor (Subang), randu kentir (Indramayu), uyeg (kota Sukabumi), dan ketuk tilu (Kota Bandung).
"Bahkan pada tahun 2012, kami pun akan merevitalisasi empat seni tradisional, yakni babangkongan (Kuningan), tarawangsa cikalong (Tasikmalaya), domyak (Purwakarta), dan rengkong hatong (Bogor)," tambahnya.
Seni tradisi yang sudah direvitalisasi di antaranya topeng lakon (Kab. Cirebon), gondang buhun (Ciamis), angklung badud (Kota Tasikmalaya), parebut seeng (Kab. Bogor), goong kaman (Bekasi), cokek (Bekasi), serta ajeng (Karawang).
Anggaran revitalisasi seni tradisional, katanya, berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Jabar. Namun anggaran yang disediakan sangat minim, yakni sekitar Rp 100 juta untuk satu kesenian.
Dalam waktu dekat ini, lanjutnya, Balai Pengelolaan Taman Budaya Jabar akan merevitalisasi seni ketuk tilu dari Kota Bandung. Rencananya, revitalisasi akan dilakukan di Kebun Binatang Bandung. (B.81)**