Oleh Dr Abdul Mannan
Sebagian kita mulai menyalahkan musim hujan yang kembali menyapa kita. Padahal, jika tidak ada hujan, kekeringan juga akan datang dengan dampak yang jauh lebih buruk. Artinya, hujan atau tidak, bergantung pada cara manusia memperlakukan alam ini.
Manusialah yang menjadikan hujan bak monster ganas. Hutan yang dulu rindang kini gundul dan tak terurus. Sungai yang dulu megalir dengan jernih, kini keruh dan tersumbat. Bahkan, beberapa sungai justru menjadi tempat sampah dan menimbulkan bau tak sedap.
Alam tak bersahabat lagi dengan kita. Maka, air hujan yang dulu memberikan banyak manfaat, kini justru menimbulkan banyak mudharat. Sejatinya air hujan adalah berkah yang dengan kehadirannya untuk keseimbangan alam. Bahkan, hujan juga merupakan stimulus dari Allah agar manusia berpikir dengan jernih dan beriman kepada Allah semata.
"Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui." (QS al-Baqarah [2]: 22).
Dan hujan itu dibutuhkan bagi kelangsungan hidup manusia itu sendiri. (Lihat QS [32]: 27). Prinsipnya hujan itu adalah berkah dari Allah demi kesejahteraan manusia dan keseimbangan alam semesta. Tanpa hujan, bumi akan diliputi oleh kekeringan yang berujung pada kegersangan, kelaparan, dan berakhir pada kematian.
Faktanya hari ini hujan tidak demikian. Di beberapa tempat, musim hujan justru menjadi aba-aba kewaspadaan yang sangat dikhawatirkan. Sebab, tidak lama lagi banjir akan menemui mereka. Dalam situasi demikian, siapakah yang salah?
Tentu bukan Tuhan yang keliru, tapi manusialah yang bersalah. Allah telah menurunkan penjelasannya dalam Alquran. Pertanyaannya, sejauh mana kita mentadabburinya, sehingga mengerti dengan sebenarnya bahwa hujan itu adalah berkah. Dan, karena itu kita mampu membuat satu kebijakan yang bisa mengundang berkah.
Tatkala Allah menurunkan ayat tersebut di atas, target yang dikehendaki oleh-Nya ialah manusia bisa memelihara keseimbangan alam. Berpikir bagaimana kehadiran hujan mampu memberikan manfaat besar seperti yang difirmankan-Nya. Bermanfaat bagi pertanian, peternakan, kehidupan, dan keindahan alam. Jadi, bukan Tuhan yang salah ataupun alam yang tidak mau bersahabat. Tetapi, manusialah yang salah mengelola lingkungan.
Banjir itu terjadi karena manusia lalai dalam mengantisipasinya. Ketika sebuah kota dibangun dengan tanpa perencanaan yang baik, pasti banjir akan menjadi sahabat mereka. Ketika alam tidak dipelihara dengan serius maka bencanalah sahabat karib mereka. Sekali lagi jangan salahkan Tuhan tapi salah manusia sendiri. Wallahu a'lam.
(Tulisan ini telah diterbitkan di Republika edisi cetak)
sumber : www.republika.co.id