KATA jeujeuh mengandung arti ukuran, kehati-hatian, kepastian, tidak berlebihan. Pas. Para karuhun Sunda, memberikan wejangan agar dalam berucap dan bertindak, haruslah penuh jeujeuhan. Jangan sembarangan, sehingga menimbulkan hal-hal yang kontroversial dan kontraproduktif.
Jika maju, untuk mengerjakan sesuatu yang baru, harus sajeujeuh, maka ke belakang cukup dengan salengkah saja. Tidak terlalu mundur jauh ke masa lalu, agar tidak menimbulkan keluh-kesah mempersoalkan keadaan. Seolah-olah masa lalu terlalu indah untuk ditinggalkan, masa depan terlalu dikhawatirkan untuk dituju.
Peribahasa ka hareup ngala sajeujeuh, ka tukang ngala salengkah, adalah pedoman hidup penuh kearifan para karuhun Sunda yang penuh etos kerja. Mengambil yang baik di masa lalu, sekaligus menciptakan yang lebih baik di masa kini. Sehingga menempuh masa depan berlandaskan pada tatapakan yang kuat kokoh.
Dengan melihat ke sebagian masa lalu, para karuhun Sunda mengoreksi segala kesalahan agar tidak kembali terulang. Sedangkan menghadapi masa depan, setelah segala kekurangan disempurnakan pada masa sekarang, dan mulai menata langkah-langkah ke masa depan.
Menyiapkan bekal bagi anak cucu, buyut, bao, canggahwareng, udeg-udeg, dan kakait siwur, rangkaian anak keturunan dari generasi ke generasi berupa kekayaan material-finansial, yang terus bertambah, dan kekayaan mental-spiritual, yang panceg dalam adeg-adeg.
Ka hareup ngala sajeujeuh, ka tukang ngala salengkah, mengandung unsur muhasabah (nyaliksi diri), yaqzoh (hudang kasadaran), dan taubah (bersih lahir batin). Sehingga, hubungan erat antara diri sendiri (mikrokosmos) dengan alam semesta (makrokosmos), tetap harmonis. Melahirkan kondisi yang normal dan penuh harapan dalam kehidupan sehari-hari. (Tim Disparbud Jabar)**
Jika maju, untuk mengerjakan sesuatu yang baru, harus sajeujeuh, maka ke belakang cukup dengan salengkah saja. Tidak terlalu mundur jauh ke masa lalu, agar tidak menimbulkan keluh-kesah mempersoalkan keadaan. Seolah-olah masa lalu terlalu indah untuk ditinggalkan, masa depan terlalu dikhawatirkan untuk dituju.
Peribahasa ka hareup ngala sajeujeuh, ka tukang ngala salengkah, adalah pedoman hidup penuh kearifan para karuhun Sunda yang penuh etos kerja. Mengambil yang baik di masa lalu, sekaligus menciptakan yang lebih baik di masa kini. Sehingga menempuh masa depan berlandaskan pada tatapakan yang kuat kokoh.
Dengan melihat ke sebagian masa lalu, para karuhun Sunda mengoreksi segala kesalahan agar tidak kembali terulang. Sedangkan menghadapi masa depan, setelah segala kekurangan disempurnakan pada masa sekarang, dan mulai menata langkah-langkah ke masa depan.
Menyiapkan bekal bagi anak cucu, buyut, bao, canggahwareng, udeg-udeg, dan kakait siwur, rangkaian anak keturunan dari generasi ke generasi berupa kekayaan material-finansial, yang terus bertambah, dan kekayaan mental-spiritual, yang panceg dalam adeg-adeg.
Ka hareup ngala sajeujeuh, ka tukang ngala salengkah, mengandung unsur muhasabah (nyaliksi diri), yaqzoh (hudang kasadaran), dan taubah (bersih lahir batin). Sehingga, hubungan erat antara diri sendiri (mikrokosmos) dengan alam semesta (makrokosmos), tetap harmonis. Melahirkan kondisi yang normal dan penuh harapan dalam kehidupan sehari-hari. (Tim Disparbud Jabar)**