Oleh Meylina Hidayanti
"Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh…” (HR.Bukhari dan Muslim dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud ra,).
Begitulah proses penciptaan manusia. Setiap insan telah melaluinya, langkah demi langkah. Setiap tahapan dalam proses pun telah diperhitungkan dengan cermat,tepat dan tanpa cacat sedikitpun.
Mengapa diperlukan proses tersebut? Bukankah Allah mampu menciptakan semua manusia sekaligus bila Ia menghendaki?. Lagi pula hanya Diialah Allah Sang Maha Kuasa, Maha Mengetahui?
Didalam proses kandungan makna mendalam. Sungguh Allah sebenarnya telah mendidik hamba-hambaNya semenjak ia berada dalam perut ibundanya, tarbiyah istimewa dariNya yang bertemakan kesabaran. Ada proses yang harus dilalui dan itu membutuhkan kesabaran
Kesabaran terhadap segala sesuatu yang telah ia tetapkan, kesabaran dalam menjalani perintah-perintahNya, meski sungguh teramatlah mudah bagi Allah sang Maha Pencipta untuk menciptakan manusia sekaligus. Namun Allah menghendaki manusia menjalani proses dan bagaimana menjalani tahapan demi tahapan dengan bersabar.
Bila bukan karena kesabaran dan ketabahan, tentulah Siti Hajar tidak akan mondar-mandir, pulang dan pergi antara dua gunung yang kecil, shafa dan marwah sebanyak tujuh kali demi mendapatkan setetes air untuk putranya, ismail.
Contoh kesabaran juga bisa diambil dari kisah Nabi Yusuf yang dibuang ke sumur oleh saudara-saudaranya, terpisah dari ayah kandungnya, dan dipenjara sebagai tahanan, hingga pada akhirnya ia menjadi seorang penguasa Mesir. Nabi Yusuf melalui perjalanan yang amat panjang.
Sebagaimana pula Rosulullah saw yang rela dicerca dan dilempari batu hingga cedera pada kedua kaki Rasulullah oleh kaum Bani Tsaqif ketika beliau hijrah ke Thaif. Begitulah proses langkah demi langkah yang akan senantiasa berlanjut hingga batas waktu yang telah ditentukan.
Seorang anak kecil tak lantas tiba-tiba mampu berjalan. Ia harus merangkak. Itu pun tak bisa dilakukan ketika si bocah masih di bawah sembilan bulan.
Saat pertama berjalan pun tak lantas ia bisa langsung berlari. Kadang keseimbangan sering hilang dan terjatuh. Butuh beberapa waktu lagi bagi si bocah untuk bisa benar-benar berjalan seimbang. Itulah waktu yang telah ditentukan dan tak bisa dielakkan dalam tahapan proses.
Namun dalam menjalani proses, sering kali manusia ingin mempercepat waktu. Contoh paling mudah saat ingin sembuh dari sakit. Ada usaha yang harus dilalui untuk mendapatkan kesembuhannya dan ketika meminum obat dari dokter pun terdapat syarat seperti sekali sehari, 2 kali sehari atau 3 kali sehari.
Tidak bisa kesembuhan diraih dengan serta merta meminum semua obat sekaligus. Justru ketika pasien melakukan hal tersebut akan mengakibatkan over dosis. Sifat ketergesaan inilah yang kerap menguasai seseorang dan membuat manusia sulit bersabar.
Senantiasa terdapat efek samping yang negatif dari tergesa-gesa. Manusia mudah melupakan segalanya dan senantiasa ingin mendapatkan apa yang diinginkannya dengan sesegera mungkin
Sebagaiman dalam beberapa firmannya “Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perlihatkan kepadamu tanda-tanda (adzab)-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera” (QS. al-Anbiya’: 37).
Proses kehidupan perlu dilalui dengan sabar dan tenang, langkah demi langkah sebagaimana Allah mengajarkan proses terciptanya manusia.
Bersabarlah, karena semua ada masanya, seperti pelajaran ulat yang beralih rupa menjadi kupu-kupu elok. Bersabarlah, maka kita akan mendapatkan lebih dari apa yang kita harapkan. Justru sikap tergesa-gesa hanya membuat banyak energi terbuang sia-sia, membuat banyak ajaran dan petunjuk dari Allah terabaikan dan bahkan apa yang diupayakan bisa berakhir buruk, mirip dengan efek over dosis. Wallahua’lam.
Penulis adalah sahabat Republika Online yang kini mengajar sebagai guru IPS Terpadu di SMPIT Az Zahra Sragen
sumber : www.republika.co.id