PRLM - SEBAGIAN besar masyarakat Bandung dan Jawa Barat tentu sudah tidak asing lagi dengan nama Si Jalak Harupat dan Oto Iskandardinata. Si Jalak Harupat sering dikaitkan sebagai nama stadion yang kini menjadi markas Persikab dan sering menjadi tempat berlaga tim sepakbola kebanggaan Jawa Barat, Persib Bandung.
Sementara Oto Iskandardinata banyak dijadikan nama jalan di berbagai kota di seluruh Indonesia. Bahkan, nama dan gambarnya juga tertera pada pecahan uang Rp 20.000 yang tersebar di seluruh nusantara. Namun, tidak sedikit warga Bandung dan Jawa Barat yang belum mengetahui bahwa kedua nama itu mengacu kepada tokoh yang sama, yakni Oto Iskandar di Nata. Seorang pahlawan nasional asal Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Å“Orang hanya tahu nama dan fotonya saja dari nama jalan dan pecahan uang Rp 20.000, tetapi sosoknya belum banyak yang mengenal. Padahal, banyak keteladanan yang bisa ditiru darinya, kata Atih Amini Pujanadi (78), putri keenam Oto Iskandar di Nata seusai menghadiri peringatan ke-66 gugurnya Oto Iskandar di Nata di areal Pasir Pahlawan, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Selasa (20/12).
Di areal makam Oto Iskandar di Nata tersebut, sejumlah pejabat di lingkungan Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, dan Pemprov Jabar juga turut menghadiri upacara peringatan wafatnya Oto Iskandar di Nata. Peringatan ini juga dihadiri sejumlah pelajar, mahasiswa, guru, dan dosen yang tergabung dalam Paguyuban Pasundan.
Sebagai anggota keluarga, Atih tahu betul sosok ayahnya yang memelopori pengangkatan tokoh proklamator Soekarno-Hatta sebagai presiden dan wakil presiden pertama Indonesia itu. Menurut dia, Oto Iskandar di Nata merupakan sosok pejuang yang pantang menyerah, berjiwa nasionalis, dan antipenjajah.
Å“Dia bisa berbahasa Belanda tetapi bangga menggunakan bahasa Indonesia. Ketika penjajah memintanya berjongkok di lantai, dia menolaknya dengan tegas karena menurut dia manusia itu setara. Bahkan, dia lebih mengutamakan kepentingan negara dibandingkan dengan pribadi ataupun keluarganya, tuturnya.
Atih menyayangkan karena keteladanan itu kini belum banyak dimiliki generasi muda saat ini. Mereka lebih mengidolakan para selebriti ketimbang meneladani pahlawannya. Padahal, menurut dia, generasi muda bisa lebih mengenal Oto Iskandar di Nata melalui berbagai buku sejarah dan biografi yang ada untuk bisa meneladaninya. Oto Iskandar di Nata lahir di Bojongsoang, Kabupaten Bandung, 31 Maret 1897. Pada masa perjuangannya, Oto aktif dalam bidang pendidikan, sosial-budaya, politik, ekonomi, kepemudaan, dan pemberdayaan perempuan.
Oto pertama kali mencetuskan kata"merdeka!" pada Sidang Panitia Kemerdekaan Indonesia serta mengusulkan pengangkatan Soekarno dan Hatta untuk menjadi presiden dan wakil presiden Indonesia secara aklamasi. Oto wafat di Mauk, Tangerang, Banten, 20 Desember 1945 pada usia 48 tahun. (Cecep Wijaya Sari/PRLM/A-88)***
sumber : www.pikiran-rakyat.com
Sementara Oto Iskandardinata banyak dijadikan nama jalan di berbagai kota di seluruh Indonesia. Bahkan, nama dan gambarnya juga tertera pada pecahan uang Rp 20.000 yang tersebar di seluruh nusantara. Namun, tidak sedikit warga Bandung dan Jawa Barat yang belum mengetahui bahwa kedua nama itu mengacu kepada tokoh yang sama, yakni Oto Iskandar di Nata. Seorang pahlawan nasional asal Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Å“Orang hanya tahu nama dan fotonya saja dari nama jalan dan pecahan uang Rp 20.000, tetapi sosoknya belum banyak yang mengenal. Padahal, banyak keteladanan yang bisa ditiru darinya, kata Atih Amini Pujanadi (78), putri keenam Oto Iskandar di Nata seusai menghadiri peringatan ke-66 gugurnya Oto Iskandar di Nata di areal Pasir Pahlawan, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Selasa (20/12).
Di areal makam Oto Iskandar di Nata tersebut, sejumlah pejabat di lingkungan Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, dan Pemprov Jabar juga turut menghadiri upacara peringatan wafatnya Oto Iskandar di Nata. Peringatan ini juga dihadiri sejumlah pelajar, mahasiswa, guru, dan dosen yang tergabung dalam Paguyuban Pasundan.
Sebagai anggota keluarga, Atih tahu betul sosok ayahnya yang memelopori pengangkatan tokoh proklamator Soekarno-Hatta sebagai presiden dan wakil presiden pertama Indonesia itu. Menurut dia, Oto Iskandar di Nata merupakan sosok pejuang yang pantang menyerah, berjiwa nasionalis, dan antipenjajah.
Å“Dia bisa berbahasa Belanda tetapi bangga menggunakan bahasa Indonesia. Ketika penjajah memintanya berjongkok di lantai, dia menolaknya dengan tegas karena menurut dia manusia itu setara. Bahkan, dia lebih mengutamakan kepentingan negara dibandingkan dengan pribadi ataupun keluarganya, tuturnya.
Atih menyayangkan karena keteladanan itu kini belum banyak dimiliki generasi muda saat ini. Mereka lebih mengidolakan para selebriti ketimbang meneladani pahlawannya. Padahal, menurut dia, generasi muda bisa lebih mengenal Oto Iskandar di Nata melalui berbagai buku sejarah dan biografi yang ada untuk bisa meneladaninya. Oto Iskandar di Nata lahir di Bojongsoang, Kabupaten Bandung, 31 Maret 1897. Pada masa perjuangannya, Oto aktif dalam bidang pendidikan, sosial-budaya, politik, ekonomi, kepemudaan, dan pemberdayaan perempuan.
Oto pertama kali mencetuskan kata"merdeka!" pada Sidang Panitia Kemerdekaan Indonesia serta mengusulkan pengangkatan Soekarno dan Hatta untuk menjadi presiden dan wakil presiden Indonesia secara aklamasi. Oto wafat di Mauk, Tangerang, Banten, 20 Desember 1945 pada usia 48 tahun. (Cecep Wijaya Sari/PRLM/A-88)***
sumber : www.pikiran-rakyat.com