Sejumlah warga Cimencrang sangat berharap, proyek pipanisasi yang dilakukan Pertamina segera diwujudkan. Pasalnya, lahan yang tadinya ditanami 650 pohon produktif dan kemudian ditebang Pertamina di sepanjang bantaran Sungai Cinambo, kini menjadi gersang. Warga pun kini tak bisa memanfaatkan lahan itu, karena khawatir kembali dicabut.
Ketua RT 03/RW 02 Kel. Rancanumpang, Kec. Gedebage, Idin mengaku, empat bulan lalu warga diberi kabar terkait penebangan pohon di kawasan itu. Warga yang menanam pohon pun diberi kompensasi antara Rp 300 ribu-Rp 500 ribu.
Selain itu, warga pun diberitahu bila pohon yang ditebang akan kembali ditanam, setelah pemasangan pipa selesai. "Kami sih silakan saja dicabut, asal ditanam lagi. Tapi saat ini belum juga ada penanaman dan proyek pun belum dilaksanakan," ujar Idin saat ditemui di kediamannya, Minggu (4/12).
Menurut Idin, di lahan ini dirinya pun menanam sejumlah pohon, di antaranya 5 pohon mangga, pisang, ketela, dan cabai. Saat ditebang, pohon mangga yang ditanamnya sedang berbuah. "Katanya mau dibangun lagi, tapi belum juga. Padahal, kalau sekarang kita tanam lumayan bisa menghasilkan uang dan juga pohonnya bermanfaat bagi warga," ungkap Idin sambil menambahkan, dari pohon pisang dan ketela pohon yang ditanamnya, ia bisa mendapatkan Rp 300.000, belum lagi dari mangga dan cabai.
Sebelum penebangan, lanjutnya, warga sering kerja bakti mencabut rumput dan menanaminya dengan tanaman produktif. "Tapi sekarang tak mau. Karena bingung belum ada pembangunan, dan takut dicabut," katanya.
Sebab itu, Idin dan warga pun berharap, proyek pipanisasi segera dimulai, sehingga warga bisa memanfaatkan lahan. "Sekarang tak ada lagi pohon-pohon yang menahan angin dan panas, sekarang di sini benar-benar menjadi gersang," tuturnya.
Rumput dan ilalang
Berdasarkan pantauan "GM", 650 pohon pelindung dan produktif seperti sawit, mahoni, jambu, dan lainnya terdapat di bantaran Sungai Cinambo mulai Cimencrang-Rancanumpang sepanjang 1,5 kilometer.
Ratusan pohon ini ditebang untuk proyek pemasangan pipa PT Pertamina. Saat ini, lubang bekas pencabutan pohon ditutupi dedaunan. Di lahan itu pun kini banyak rumput dan ilalang tumbuh.
Anggota Komisi A DPRD Kota Bandung yang juga warga Kel. Rancanumpang, Kec. Gedebage, Lia Noer Hambali mengaku tidak diberitahu akan adanya penebangan pohon. Padahal ia pun ikut menanam dan merawat pepohonan yang ada di depan gedung Hamas, tempatnya berkumpul bersama rekan-rekannya.
"Saya juga menanam pohon kelapa dan di depan juga ada pohon mahoni. Tak hanya menanam, saya juga merawatnya. Namun tak ada pemberitahuan, tahu-tahu pagi-pagi pohon itu sudah tidak ada," tutur Lia.
Kemungkinan, kata Lia, kompensasi dari penebangan pohon itulah yang dikejar. "Sangat disayangkan karena warga yang tadinya merawat dan menanam tanaman produktif, seperti kacang, cabai, dan lainnya, kini tak bisa lagi. Malah lahan tersebut jadi tak terurus dan banyak ditumbuhi rumput," terangnya. (B.95)** sumber : (GALAMEDIA)
Ketua RT 03/RW 02 Kel. Rancanumpang, Kec. Gedebage, Idin mengaku, empat bulan lalu warga diberi kabar terkait penebangan pohon di kawasan itu. Warga yang menanam pohon pun diberi kompensasi antara Rp 300 ribu-Rp 500 ribu.
Selain itu, warga pun diberitahu bila pohon yang ditebang akan kembali ditanam, setelah pemasangan pipa selesai. "Kami sih silakan saja dicabut, asal ditanam lagi. Tapi saat ini belum juga ada penanaman dan proyek pun belum dilaksanakan," ujar Idin saat ditemui di kediamannya, Minggu (4/12).
Menurut Idin, di lahan ini dirinya pun menanam sejumlah pohon, di antaranya 5 pohon mangga, pisang, ketela, dan cabai. Saat ditebang, pohon mangga yang ditanamnya sedang berbuah. "Katanya mau dibangun lagi, tapi belum juga. Padahal, kalau sekarang kita tanam lumayan bisa menghasilkan uang dan juga pohonnya bermanfaat bagi warga," ungkap Idin sambil menambahkan, dari pohon pisang dan ketela pohon yang ditanamnya, ia bisa mendapatkan Rp 300.000, belum lagi dari mangga dan cabai.
Sebelum penebangan, lanjutnya, warga sering kerja bakti mencabut rumput dan menanaminya dengan tanaman produktif. "Tapi sekarang tak mau. Karena bingung belum ada pembangunan, dan takut dicabut," katanya.
Sebab itu, Idin dan warga pun berharap, proyek pipanisasi segera dimulai, sehingga warga bisa memanfaatkan lahan. "Sekarang tak ada lagi pohon-pohon yang menahan angin dan panas, sekarang di sini benar-benar menjadi gersang," tuturnya.
Rumput dan ilalang
Berdasarkan pantauan "GM", 650 pohon pelindung dan produktif seperti sawit, mahoni, jambu, dan lainnya terdapat di bantaran Sungai Cinambo mulai Cimencrang-Rancanumpang sepanjang 1,5 kilometer.
Ratusan pohon ini ditebang untuk proyek pemasangan pipa PT Pertamina. Saat ini, lubang bekas pencabutan pohon ditutupi dedaunan. Di lahan itu pun kini banyak rumput dan ilalang tumbuh.
Anggota Komisi A DPRD Kota Bandung yang juga warga Kel. Rancanumpang, Kec. Gedebage, Lia Noer Hambali mengaku tidak diberitahu akan adanya penebangan pohon. Padahal ia pun ikut menanam dan merawat pepohonan yang ada di depan gedung Hamas, tempatnya berkumpul bersama rekan-rekannya.
"Saya juga menanam pohon kelapa dan di depan juga ada pohon mahoni. Tak hanya menanam, saya juga merawatnya. Namun tak ada pemberitahuan, tahu-tahu pagi-pagi pohon itu sudah tidak ada," tutur Lia.
Kemungkinan, kata Lia, kompensasi dari penebangan pohon itulah yang dikejar. "Sangat disayangkan karena warga yang tadinya merawat dan menanam tanaman produktif, seperti kacang, cabai, dan lainnya, kini tak bisa lagi. Malah lahan tersebut jadi tak terurus dan banyak ditumbuhi rumput," terangnya. (B.95)** sumber : (GALAMEDIA)