Oleh: Drs. H. SUKMANA
PROSES pendidikan yang berlangsung di sekolah, selain untuk meningkatkan atau mengasah kecerdasan dan keterampilan, juga untuk membina pribadi siswa. Apa artinya suatu kecerdasan dan keterampilan yang memadai tanpa diimbangi dengan pribadi yang baik.
Pribadi berkaitan erat dengan akhlak seseorang. Apabila akhlaknya baik, berarti pribadi siswa tersebut baik pula. Dengan demikian akhlak merupakan cerminan kepribadian seseorang (siswa).
Kepribadian adalah perpaduan antara fisik dengan psikologis yang menentukan penyesuaian diri yang unik dengan lingkungannya. Disebut penyesuaian yang unik karena setiap pribadi (orang) berbeda-beda merespon rangsang dan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Setiap orang bisa berbeda dalam menyikapi peristiwa atau kejadian yang sama.
Membina pribadi siswa, selain dilakukan dalam kegiatan intrakurikuler, bisa juga dilakukan di luar jam pelajaran, yang lebih dikenal dengan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ini dapat mendukung proses pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di kelas.
Di sekolah banyak kegaitan ekstrakurikuler yang bisa dipilih oleh siswa. Siswa memilih salah satu kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan minat, bakat dan kesempatan yang ada. Dalam memilih kegiatan ekstrakurikuler tersebut, siswa diberi kebebasan, sehingga mereka antusias. Adapun jenis kegiatan ekstrakurikuler yang bisa dipilih oleh siswa, di antaranya : PMR, Mading, Paskibra, Pramuka, olah raga, seni, klub bahasa, dan lain-lain.
Melalui kegiatan ekstrakurikuler, pribadi siswa bisa dibina dalam berbagai hal, antara lain : Pertama, mempererat silaturahmi, menghubungkan kasih sayang. Melalui kegiatan ekstrakurikuler, intensitas pertemuan siswa dengan siswa semakin sering. Jadi, selain di kelas pada jam pelajaran berlangsung, siswa bisa bertemu di luar kelas setelah jam pelajaran selesai. Hal ini jelas bahwa silaturahmi bisa terjalin lebih baik dan lebih erat lagi.
Kedua, melatih tanggug jawab. Saat melakukan kegiatan ekstrakurikuler, setiap anggota mempunyai tugas masing-masing sesuai bidangnya. Karena sudah mempunyai tugas yang jelas, siswa dituntut untuk bersikap tanggung jawab. Dia akan merasa malu pada temannya seandainya tugasnya tidak diselesaikan dengan baik.
Ketiga, mengembangkan sikap kepemimpinan. Dalam diri siswa tentu ada jiwa kepemimpinan. Jiwa kepemimpinan ini dapat dibina dan dikembangkan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Anggota kegiatan ekstrakurikuler berlatih bangaimana menjadi pemimpin yang baik. Misalnya, melatih mengatur, mengkoordinasi dan membagi tugas bagi anggota kelompoknya. Ada yang sebagai ketua, sekretaris, bendahara dan anggota pengurus yang lainnya.
Keempat, memperluas pergaulan atau hubungan sosial. Menjadi anggota ekstrakurikuler secara otomatis memperluas pergaulan atau hubungan sosial, selain dengan teman sekelas, juga dengan kelas lain dan tingkatan yang berbeda. Misalnya, siswa kelas X bergaul dengan siswa kelas XI dan XII. Begitu juga sebaliknya, siswa dari tingkatan yang tinggi bergaul dengan siswa yang tingkatannya di bawahnya.
Kelima, membangun kerja sama (kekompakan). Pada saat melakukan kegiatan ekstrakurikuler akan terlihat dengan jelas, bagaimana anggota ekstrakurikuler menjalin kerja sama. Keberhasilan kegi- atan ekstrakurikuler lebih banyak dibangun dengan adanya kerja sama yang baik dan harmonis. Semakin kompak dalam bekerja di antara anggota, maka hasil kegiatan akan dicapai dengan optimal.
Keenam, menyalurkan emosi atau perasaan. Pada waktu mengikuti pelajaran di kelas, kadang-kadang siswa merasa tertekan atau tersiksa karena harus mengikuti peraturan yang ada. Apakah dari segi pakaian seragam, sikap dan tingkah laku yang harus dijaga.
Mengikuti ekstrakurikuler siswa akan merasa bebas, tapi bertangung jawab. Misalnya, siswa bisa menentukan sendiri pakaian seragam apa yang akan digunakan. Emosi atau perasaan yang mengganjal bisa dicurahkan kepada teman atau kepada pembinanya.
Ketujuh, merangsang timbulnya ide dan kreativitas. Pada saat di kelas pikiran siswa akan terfokus atau terkonsentrasi pada pelajaran yang sedang diikutinya. (Penulis, guru pembimbing dan pembina mading SMAN 10 Bandung, anggota Asosiasi Guru Penulis PGRI Jawa Barat)**
Galamedia Selasa, 22 November 2011
PROSES pendidikan yang berlangsung di sekolah, selain untuk meningkatkan atau mengasah kecerdasan dan keterampilan, juga untuk membina pribadi siswa. Apa artinya suatu kecerdasan dan keterampilan yang memadai tanpa diimbangi dengan pribadi yang baik.
Pribadi berkaitan erat dengan akhlak seseorang. Apabila akhlaknya baik, berarti pribadi siswa tersebut baik pula. Dengan demikian akhlak merupakan cerminan kepribadian seseorang (siswa).
Kepribadian adalah perpaduan antara fisik dengan psikologis yang menentukan penyesuaian diri yang unik dengan lingkungannya. Disebut penyesuaian yang unik karena setiap pribadi (orang) berbeda-beda merespon rangsang dan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Setiap orang bisa berbeda dalam menyikapi peristiwa atau kejadian yang sama.
Membina pribadi siswa, selain dilakukan dalam kegiatan intrakurikuler, bisa juga dilakukan di luar jam pelajaran, yang lebih dikenal dengan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ini dapat mendukung proses pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di kelas.
Di sekolah banyak kegaitan ekstrakurikuler yang bisa dipilih oleh siswa. Siswa memilih salah satu kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan minat, bakat dan kesempatan yang ada. Dalam memilih kegiatan ekstrakurikuler tersebut, siswa diberi kebebasan, sehingga mereka antusias. Adapun jenis kegiatan ekstrakurikuler yang bisa dipilih oleh siswa, di antaranya : PMR, Mading, Paskibra, Pramuka, olah raga, seni, klub bahasa, dan lain-lain.
Melalui kegiatan ekstrakurikuler, pribadi siswa bisa dibina dalam berbagai hal, antara lain : Pertama, mempererat silaturahmi, menghubungkan kasih sayang. Melalui kegiatan ekstrakurikuler, intensitas pertemuan siswa dengan siswa semakin sering. Jadi, selain di kelas pada jam pelajaran berlangsung, siswa bisa bertemu di luar kelas setelah jam pelajaran selesai. Hal ini jelas bahwa silaturahmi bisa terjalin lebih baik dan lebih erat lagi.
Kedua, melatih tanggug jawab. Saat melakukan kegiatan ekstrakurikuler, setiap anggota mempunyai tugas masing-masing sesuai bidangnya. Karena sudah mempunyai tugas yang jelas, siswa dituntut untuk bersikap tanggung jawab. Dia akan merasa malu pada temannya seandainya tugasnya tidak diselesaikan dengan baik.
Ketiga, mengembangkan sikap kepemimpinan. Dalam diri siswa tentu ada jiwa kepemimpinan. Jiwa kepemimpinan ini dapat dibina dan dikembangkan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Anggota kegiatan ekstrakurikuler berlatih bangaimana menjadi pemimpin yang baik. Misalnya, melatih mengatur, mengkoordinasi dan membagi tugas bagi anggota kelompoknya. Ada yang sebagai ketua, sekretaris, bendahara dan anggota pengurus yang lainnya.
Keempat, memperluas pergaulan atau hubungan sosial. Menjadi anggota ekstrakurikuler secara otomatis memperluas pergaulan atau hubungan sosial, selain dengan teman sekelas, juga dengan kelas lain dan tingkatan yang berbeda. Misalnya, siswa kelas X bergaul dengan siswa kelas XI dan XII. Begitu juga sebaliknya, siswa dari tingkatan yang tinggi bergaul dengan siswa yang tingkatannya di bawahnya.
Kelima, membangun kerja sama (kekompakan). Pada saat melakukan kegiatan ekstrakurikuler akan terlihat dengan jelas, bagaimana anggota ekstrakurikuler menjalin kerja sama. Keberhasilan kegi- atan ekstrakurikuler lebih banyak dibangun dengan adanya kerja sama yang baik dan harmonis. Semakin kompak dalam bekerja di antara anggota, maka hasil kegiatan akan dicapai dengan optimal.
Keenam, menyalurkan emosi atau perasaan. Pada waktu mengikuti pelajaran di kelas, kadang-kadang siswa merasa tertekan atau tersiksa karena harus mengikuti peraturan yang ada. Apakah dari segi pakaian seragam, sikap dan tingkah laku yang harus dijaga.
Mengikuti ekstrakurikuler siswa akan merasa bebas, tapi bertangung jawab. Misalnya, siswa bisa menentukan sendiri pakaian seragam apa yang akan digunakan. Emosi atau perasaan yang mengganjal bisa dicurahkan kepada teman atau kepada pembinanya.
Ketujuh, merangsang timbulnya ide dan kreativitas. Pada saat di kelas pikiran siswa akan terfokus atau terkonsentrasi pada pelajaran yang sedang diikutinya. (Penulis, guru pembimbing dan pembina mading SMAN 10 Bandung, anggota Asosiasi Guru Penulis PGRI Jawa Barat)**
Galamedia Selasa, 22 November 2011