k2-11 Massa dari Aliansi Buruh Yogyakarta melakukan aksi unjuk rasa di jalan malioboro menuntut dilaksanakanya jaminan sosial untuk buruh. (minggu, 1/05/2011) YOGYAKARTA, KOMPAS - Jalan Malioboro, Yogyakarta, Minggu (1/5/2011) ditutup untuk kegiatan aksi unjuk rasa dalam memperingati hari buruh sedunia atau dikenal May Day. Ratusan polisi diturunkan untuk melakukan pengamanan di sepanjang Jalan Malioboro, Kantor DPRD DIY, Kantor Gubernur DIY, dan Gedung Agung yang berada dalam satu kawasan di Malioboro.Ribuan buruh Yogyakarta, pagi ini turun ke jalan melakukan aksi unjuk rasa memperingati hari buruh sedunia. Namun mereka tidak berkumpul dalam satu tempat. Di Kota Yogyakarta, sedikitnya ada 6 titik yang digunakan untuk aksi unjuk rasa para buruh. Yakni Bundaran Universitas Gadjah Mada, Jalan Jenderal Sudirman, Perempatan Tugu, Taman Parkir Abu Bakar Ali, DPRD DIY, sepanjang Jalan Malioboro, dan depan Gedung Agung.Massa dari Federasi Serikat Pekerja Mandiri ( FSPM) dan Aliansi Buruh Yogyakarta (ABY) memulai aksi dari halaman kantor DPRD DIY. Sambil membawa bendera serikat pekerja dan poster mereka melakukan orasi.Dalam pernyataannya Federasi serikat Pekerja Mandiri menuntut dihentikannya kriminalisasi terhadap pekerja, segera diberlakukan sistem Jaminan Sosial Nasional dan menuntut dihentikannya memperkerjakan pekerja kontrak sementara waktu dan outsourcing."Sejak pemrintahan SBY nasib buruh terus memburuk. Selain tingkat kriminalisasi terhadap buruh yang naik drastis, sistem peradilan perburuhan juga buruk," ungkap Ali Prasetyo, Ketua FSPM.Usai melakukan orasi, massa dari FSPM berjalan menuju perempatan kantor pos besar Yogyakarta. Di Belakangnya menyusul massa dari ABY. ABY menuntut dihapuskannya sistem outsourcing. Selain itu ABY menuntut dilaksanakannya jaminan sosial untuk seluruh rakyat Indonesia dan wujudkan kesejahteraan buruh.Sementara itu, massa dari serikat pekerja media melakukan aksi unjuk rasa di depan Gedung Agung Yogyakarta. Dalam aksinya mereka menuntut dihentikannya kekerasan terhadap media."Kita pekerja media sebenarnya juga buruh. Di Yogyakarta masih banyak pekerja media yang upahnya dibawah Upah Minimum Propinsi," teriak Pito Agustin.