-

Wednesday, April 06, 2011

PILIH HIDUP YANG MANA

Ada dua tipe ulama. Agar lebih kontras sehingga mudah difahami saya ambil tamsil dari cerita Allah dalam Al-Quran. Tipe pertama serupa seorang hamba shalih yang menurut banyak orang adalah Nabi Khidir. Ulama setipe ini biasanya suka uzlah artinya menyendiri pergi dari keramaian. Dia tenggelam dalam cinta kepada Allah. Pekerjaan utamanya beribadah ritual dengan kualitas yg sulit dicontoh oleh banyak orang dan kuantitas yang sangat sulit dibayangkan. Misalnya shalat dua rakaat lamanya dua hari.  Perilakunya unik, bukan  saja menunjukkan perilaku gila, tapi seringkali menunjukkan perbuatan yang seakan-akan bertentangan dengan syariat dan hukum Allah. Orang sekelas Nabi Musa tak tahan hidup bersama ulama tipe ini. Apalagi anda dan saya. Tapi seringkali nampak mampu melakukan hal-hal yang sangat luar biasa. Pengetahuannya, seakan-akan tak dibatasi oleh jarak, waktu dan ruang. Kejadian di tempat jauh dia tahu. Peristiwa yang akan datang atau telah lampau dia tahu. Apa yang tersimpan dalam bungkus dan diding yang rapat, tebal dan gelap  sekalipun dia tahu. Kalau jadi guru dia hanya punya murid yang jumlahnya  amat terbatas, satu sampai dua puluh orang, kira.kira. Seleksinya berdasarkan hasil tatapan ruhaniyah, bukan ujian tulis, lisan atau praktek. Displinnya berupa ketaatan mutlak dan tak boleh bertanya. Kadang-kadang ulama sejenis ini datang membantu ulama tipe kedua. Misalnya, ketika Firaun mau membunuh pengikut Nabi Musa, ulama tipe ini tiba-tiba muncul tak ketahuan dari mananya, lalu berkata singkat, apakah kamu mau membunuh seseorang hanya karena berkata tuhanku Allah. Kalau  bohong tentu dia sendiri yang menanggung resikonya, kalau  benar ya kamu yang menanggung akibatnya.
Ulama tipe kedua serupa Nabi Musa. Dia hidup di tengah-tengah orang banyak. Bahkan tak jarang pergi ke pasar. Pekerjaan utamanya mendua: selain beribadah ritual juga berdakwah menyampaikan pesan Allah kepada khalayak ramai. Kualitas dan kuantitas ibadahnya sangat terjangkau dan mudah ditiru orang banyak.  Perilakunya standar, sangat cocok dan sesuai dengan ajaran-ajaran syariat. Tak mampu melakukan hal-hal yang luar biasa. Yang demikian dia lakukan hanya dalam batas-batas darurat yang sangat diperlukan, itupun kadang-kadang bisa kadang pula tidak. Ilmunya biasa sangat empirik dan masuk akal.  Ulama tipe ini seringkali punya murid ribuan. Alat utama manajemen dan pengaturan yang lumrah dalam ilmu pengetahuan empirik. Namun sifat-sifat, karakter dan keimanannya sama dengan tipe pertama. Sama-sama zuhud (tak mencintai dunia), wara (hati-hati dalam melaksanakan perbuatan yg diperintahkan dan mencegah perbuatan yang dilarang) dan sangat pengasih.
Lalu kita pilih hidup yang mana ? Tipe pertama  atau kedua  ? Tunggu dulu. Dalam tataran kualitan keulamaan yang  sama, tipe pertama dan kedua mana lebih tinggi maqamnya ? Dalam tamsil Nabi Khidir  dan Nabi Musa, jelas Nabi Musa lebih tinggi maqamnya dari pada Nabi Khidir. Karena , selain Nabi Musa punya maqam kewalian, dia juga punya maqam kerasulan dan kenabian. Sementara Khidir hanya punya maqam kewalian. Maqam kenabiannya masih banyak diperselisihkan para ulama. Jadi sungguhpun Nabi Musa ditaqdirkan untuk  belajar kepada Nabi Khidir, tak berarti Nabi Musa lebih rendah maqamnya.
Sekarang silahkan kita memilih ! Tapi tunggu dulu, bagaimana dengan tipe ulama seperti Nabi Muhammad ? Tunggu dalam catatan saya berikutnya. 

Artikel yang Berkaitan

0 komentar:

-

Post a Comment