K17-11 Kegiatan di kompleks Ikatan Jamaah Ahlil Bait Indonesia (IJABI) Tajul Muluk, Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur berjalan seperti biasa meski ketuanya ditahan di Mapolres Sampang. SAMPANG, KOMPAS — Kaum Islam berhaluan Syiah di Sampang, Madura, Jawa Timur, tetap menjalankan ibadahnya meski ketua mereka, Tajul Muluk, diamankan polisi sejak 4 April 2011 lalu. Kami tidak keberatan untuk hengkang demi mempertahankan keyakinan kami. Asalkan pemerintah juga mau bertanggung jawab. -- Tajul Muluk, pemuka Syiah di SampangMereka berhimpun dalam Ikatan Jamaah Ahlil Bait Indonesia (IJABI), yang kegiatannya berpusat di Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang.Menjelang ketuanya diamankan, ribuan orang dari enam desa berencana menyerang kediaman Tajul Muluk yang juga pusat kegiatan IJABI. Kini, kegiatan di rumah Tajul Muluk berjalan seperti biasanya.Para santrinya tetap menjalankan aktivitasnya seperti sekolah, shalat berjemaah, dan pengajian. Tidak tampak ada ketegangan antara masyarakat sekitar dan penghuni kompleks IJABI.Tajul Muluk saat dihubungi melalui telepon selulernya, Rabu (13/4/2011), mengaku ingin segera ke rumahnya dan menjalankan kegiatan seperti biasanya. Dia beranggapan, aktivitasnya sebagai penyebar faham Syiah sama sekali tidak bertentangan dengan undang-undang.Bahkan, ia mengaku kecewa dengan sikap para pemuka agama Sampang yang sudah menganggapnya sesat. Padahal, Syiah adalah salah satu aliran dalam Islam yang berkembang di Indonesia sejak lama."Kalau perbedaan jangan dicari-cari, sebab tidak akan pernah ada titik temunya. Tetapi, persamaannya yang perlu kita jaga sehingga keyakinan dalam beragama bisa berjalan seiring bersama," kata Tajul Muluk.Terkait dengan adanya ultimatum dari Badan Silaturrahim Ulama Madura (Basra) agar dirinya bersama lebih dari 100 jemaahnya segera hengkang dari Sampang, pria yang pernah mengaji di Yayasan Pendidikan Islam (YAPI) Bangil, Pasuruan, Jawa Timur, ini menyatakan tidak keberatan.Ia hanya mematok syarat agar semua asetnya diberi ganti rugi dan pengikutnya harus ikut bersamanya. "Kami tidak keberatan untuk hengkang demi mempertahankan keyakinan kami, asalkan pemerintah juga mau bertanggung jawab," terang Tajul.Sementara Alimullah (19), penanggung jawab kegiatan di kompleks IJABI, mengatakan siap hengkang bersama gurunya ke mana pun pergi. Bahkan, santri-santrinya juga akan dibawa serta."Ke mana pun ustaz pergi, kami akan selalu mengikutinya," katanya. Namun, Tajul berharap itu tidak terjadi. Dirinya menginginkan duduk bersama untuk mencarikan solusi yang terbaik."Saya masih percaya ada solusi jika semua pihak, termasuk keamanan, mau membuka dialog," terangnya.Lazim diketahui, meskipun berkembang sejak lama di Indonesia, Syiah tetap minoritas. Tokoh besar Nahdlatul Ulama (NU), almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) adalah pendekar demokrasi terakhir yang gigih membela hak keberagamaan mereka.