KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA Alat berat meratakan sisi-sisi Bukit Ceper di Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, yang dibelah untuk akses keluar jalan tol ruas Semarang-Ungaran, Jumat (18/2/2011). Sejumlah titik, antara lain di kilometer 5, Bukit Cemara Sewu dan Bukit Ceper dikebut penyelesaiannya agar dapat diresmikan pada 28 Februari 2011. KENDAL, KOMPAS — Pembangunan jalan tol Semarang-Batang akan mendatangkan banjir di Kabupaten Kendal. Terutama sekali di desa-desa yang berdekatan dengan lokasi jalan tol. Pasalnya, dari total 290 ha atau 28 km lahan yang terkena pembangunan jalan tol di Kabupaten Kendal, 70 persen di antaranya adalah tanah perhutani dan sawah yang masih produktif. Sedang sisanya merupakan rumah dan tanah milik penduduk.Hal itu dikatakan oleh anggota Komisi A DPRD Kabupaten Kendal, Kartiko Nursapto, Jumat (15/4/2011). Menurut Kartiko, harus ada alternatif lain supaya desa-desa yang berdekatan dengan lokasi pembangunan jalan tol tidak kebanjiran bila hujan. "Lahan yang terkena pembangunan jalan tol adalah daerah resapan. Apabila nanti daerah itu terkena proyek tol, maka air hujan akan masuk ke perkampungan," kata Kartiko.Kartiko menambahkan, lokasi yang terkena proyek jalan tol itu tidak mungkin diubah atau dibelokkan. "Saya berharap panitia pembangunan jalan tol Semarang-Batang yang di Kabupaten Kendal mau transparan," katanya.Sementara itu, salah satu warga asal Weleri yang lahannya terkena jalan tol Semarang-Batang, Yusup Darmawan, mengaku pembangunan jalan tol Semarang-Batang bisa menyusahkan warga. Selain kemungkinan bisa menimbulkan banjir bila hujan, karena lahan yang terkena proyek sebagian tanah resapan, juga karena tanahnya yang kena proyek adalah peninggalan orangtua."Tanah saya yang terkena proyek sudah saya tempati bertahun-tahun lamanya. Sekarang terancam hilang karena kena proyek jalan tol," kata Yusuf.Ia berharap rencana pembangunan jalan tol tersebut dibatalkan.