-

Wednesday, April 20, 2011

Kekuatan Geert Wilders Bisa Makin Besar, Asal...

Kekuatan Geert Wilders Bisa Makin Besar, Asal...

REPUBLIKA, Di Belanda sedang berlangsung proses pengadilan Geert Wilders, politikus kanan populis. Ia dituduh menghina orang Islam. Lalu apa tanggapan warga Muslim Indonesia di Belanda terhadap proses pengadilan yang mirip pengadilan di sinetron ini?

Sujadi, peneliti masyarakat Muslim yang kebetulan bermukim di Belanda, mengatakan masalah Wilders cukup menggelitik. Ini karena menyangkut agama, yang oleh Wilders dipisahkan dari penganutnya.

Pengadilan mencoba menjerat Wilders dengan tiga tuduhan: menyebarkan kebecian terhadap umat Islam, kemudian pelecehan terhadap agama, dan yang ketiga tentang diskriminasi. "Yang penting tuduhan kebencian dan pelecehan agama Islam  karena disinilah Islam dipisahkan dari penganutnya," kata dia.

Sujadi menambahkan Wilders mencoba mendikriminasikan orang Islam. Orang Islam diutak-atik kepercayaannya. Wilders membuat sebuah show dari proses ini, ulur waktu dengan berbagai cara. Hakim harus jujur bahkan ada yang diganti. Wilders sekedar bermain politik.

Memang ada hal yang mencolok, Belanda memilki informasi yang cukup tentang Islam tapi praduga terhadap Islam besar juga. Sujadi membandingkan politik Islam jaman  kolonial yang dirumuskan Snouck Hugronje. Kalau di Belanda saat ini lebih parah, karena yang dihantam Islamnya sendiri, karena Islam dituduh tidak bisa mengikuti kehidupan di barat.

Tapi yang mencolok juga, Islam di Belanda tidak dikaitkan dengan orang Indonesia. Islam di Belanda adalah para pendatang Maroko dan Turki. "Secara historis orang Islam dari Indonesia diangap tidak menganut ajaran yang frontal dan keras.  Sebutannya Islam pinggiran atau "periferal." Beda dengan Islam Timur Tengah. Orang terkadang hanya melihat Islam Timur Tengah saja," kata dia.

Sementara Teguh Sugihartono dari anggota Partai GroenLinks Belanda, tidak bisa meramalkan hasil persidangan. Menurut Teguh, pengacara Wilders Bram Mosckowitz berupaya dengan segala cara supaya tidak harus membela kliennya berdasarkan muatan kasus. Antara lain dengan mencoba membuktikan bahawa para hakim tidak independen atau berpihak.

Namun tetap saja ini merupakan tanda bagus, karena dunia luar bisa melihat bahwa pendapat Wilders ya milik Wilders sendiri, dan bukan berarti pendapat Belanda. Yang orang sering lupa,dari perolehan kursi saja, jumlah kursi yang dimenangkan Wilders di parlemen hanya 26 persen, sementara 124 sisanya bukan milik partainya, PVV.

Teguh melanjutkan, kekuatirannya adalah bahwa Wilders akan semakin besar. Jika kondisi ekonomi semakin kacau dan memburuk, bisa jadi pengaruhnya akan semakin kuat, karena akan semakin banyak orang Belanda yang semakin takut akan para pendatang.

Teguh tidak pernah  merasa terdiskriminasi. Karena latar belakangnya sebagai orang Indonesia yang berpendidikan dan punya pekerjaan baik. Sayangnya tidak demikian dengan mereka yang berasal dari Maroko atau Afrika, tidak punya pekerjaan, dan mendapat tunjangan dari pemerintah. Belum lagi jika ditambah dengan mengenakan jilbab, sudah terbukti kalangan ini memang didiskriminasi.

Walaupun tidak pernah didiskriminasi langsung, Teguh tidak akan berpangku tangan saja, karena menurutnya perubahan berlangsung secara bertahap. Saat ini hanya berupa pembatasan kebebasan beragama, berikutnya tentu lebih keras lagi. Menurut Teguh, citra Belanda sebagai negara yang toleran dan terbuka, sangat dirugikan oleh hal ini.



sumber : www.republika.co.id

Artikel yang Berkaitan

0 komentar:

-

Post a Comment