Bandung - Sedikitnya 30 orang dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Jabar berunjuk rasa mengkritisi Laporan Pertangungjawaban (LKPj) Gubernur Jabar Ahmad Heryawan di depan Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Senin (25/4/2011). Karena dinilai kinerja tak optimal, mereka memberi bingkisan CINTA untuk Gubernur dan Wakil Gubernur.
Ketua Umum PW KAMMI Jabar Edi Mardiana mengatakan pada 25 Maret 2011 lalu kali ketiga Gubernur menyampaikan LKPj di hadapan pimpinan dan anggota DPRD Jabar melalui rapat paripurna. Namun, kata dia, prestasi dan kinerja dalam roda pemerintahan belum tercapai sesuai target yang tercantum RKPD 2010 yakni indeks pendidikan 83,46 poin, indeks kesehatan 73,79 poin dan indeks daya beli 63,28 poin.
"Selain itu masih ada janji kampanye yang belum terealisasi, antara lain KTP berasuransi kesehatan, tidak jelasnya penyerapan satu juta lapangan kerja. Lalu rendahnya anggaran pengembangan serta revitalisasi Posyandu bagi ibu, anak dan lansia," ujar Edi di lokasi unjuk rasa.
Edi menuturkan, fakta di lapangan saat ini masih saja ditemukan masalah yang dialami masyarakat. Contohnya, jelas dia, di Sukabumi ada warga yang tinggal di kandang binatang, maraknya perdagangan manusia dan lemahnya perlindungan TKI asal Jabar.
"Maka itu KAMMI Jabar menyatakan sikap kalau Gubernur dan Wakil Gubernur Jabar belum optimal menjalankan amanah kepemimpinan di Jabar pada 2010 ini. Sebagai salah satu bentuk sikap kritis yang konstruktif, KAMMI memberi paket bingkisan CINTA untuk perbaikan dan peningkatan kinerja. Ini bentuk sindiran kita," ujarnya.
Satu bingkisan dalam bentuk parcel ukuran kecil itu berisi minuman suplemen isotonik, obat sirup herbal, racun tikus, pembersih telinga dan lakban. Minuman suplemen itu disimbolkan agar HADE (Heryawan-Dede) tetap fit dan progresif menjalankan roda pemerintahan, obat sirup herbal untuk mengobati 'masuk angin', 'pusing' dan 'mual' agar HADE bisa membuat kebijakan yang pro growth, pro poor, pro job dan pro environment.
Racun tikus diartikan untuk membasmi koruptor yang menggerogoti dana APBD untuk kepentingan pribadi, kelompok dan golongannya. Sementara lakban untuk mengurangi aktivitas tebar pesona dan pencitraan yang menghambat kinerja.
"Kalau cutton bud atau batang pembersih kotoran telinga sebagai simbol agar HADE bisa mudah mendengar aspirasi maupun kritik dari masyarakat. Kalau gubernurnya ada, kami berikan langsung. Kalau tak ada, kami titipkan ke anggota dewan," papar Edi.
Pedemo membawa sejumlah poster yang di anataranya bertulis 'Talk Less Do More' dan 'Jangan Main Angka, Buktikan Kerja Nyata'. Puluhan petugas kepolisian menjaga di bagian gerbang.
(bbn/ern)
sumber : bandung.detik.com
Apa itu Progressive Web Apps?
8 years ago