Bandung - Para pencari korban seringkali terkendala oleh sulitnya medan dan terbatasnya tenaga pencari korban bencana. Hal ini yang mendasari ITB untuk mengembangkan robot pencari korban bencana.
Dalam kesempatan berbincang dengan detikINET, peneliti robot sekaligus dosen Sekolah Teknik Elektro & Informatika (STEI) ITB, Kusprasapta Mutijarsa, mengungkapkan bahwa pihaknya tengah mengembangkan robot yang bisa membantu mencari korban bencana.
"Kita sedang kembangkan robot yang bisa mencari korban bencana," kata pria yang akrab dipanggil Soni ini.
Menurut Soni, alasan pihaknya mengembangkan robot ini tercetus dari bencana gempa bumi di Bantul, Yogyakarta beberapa tahun silam. Dia mengatakan saat ini banyak korban yang tidak dapat diselamatkan karena sulit ditemukan. Sulitnya medan serta terbatasnya tenaga pencari korban bencana menjadi penyebabnya.
"Saat mencari korban, tenaga pencari korban kesulitan mengetahui lokasi. Karena tertimbun materil atau juga lokasinya sulit diketahui. Dengan robot kita bisa mencari ke lokasi-lokasi yang sulit dijangkau manusia," katanya.
Robot tersebut nantinya akan dilengkapi dengan kamera yang memiliki transmiter sehingga bisa melihat ke dalam reruntuhan ataupun kondisi korban. Sehingga bisa dilakukan langkah-langkah evakuasi yang tepat.
Tak hanya itu, dimensi robot pun didesain sekecil mungkin namun cukup untuk membawa peralatan P3K atau bahan makanan. Sehingga korban bencana bisa mendapatkan pertolongan pertama dan mampu bertahan hidup sebelum akhirnya dievakuasi.
"Dimensinya, panjang 30 cm, lebar 20 cm dengan tinggi 15 cm. Dibuat sekecil mungkin agar robot tersebut mampu masuk kecelah-celah reruntuhan. Tapi robot ini juga bisa membawa peralatan P3K dan bahan makanan. Sehingga sambil menunggu proses evakuasi oleh tim evakuasi, si korban bisa bertahan hidup terlebih dulu," jelasnya.
Disinggung sudah sejauh mana pengembangan robot tersebut, Soni mengaku saat ini robot tersebut sudah ada prototypenya. Robot ini akan dilengkapi sensor ultrasonic yang memungkinkan robot berjalan dan tidak menabrak. Namun Soni belum memastikan apakah robot tersebut akan menggunakan mekanisme kaki atau roda untuk bergeraknya.
"Tidak tahu. Kita coba semuanya, mana yang terbaik. Sekarang sih masih pakai roda dengan menggunakan sabuk. Seperti roda tank. Masih banyak yang harus kita perhitungkan. Seperti bagaimana kalau robot ini jatuh, terus posisinya terlentang. Bagaimana balik laginya? Itu kan harus dipikirkan benar-benar. Karena lokasi bencana adalah lokasi yang tidak dapat kita duga," paparnya.
(afz/ern)
Apa itu Progressive Web Apps?
8 years ago