K16-11 Yudi Ardiyansyah, paman Mahatir Rizki mahasiswa UMM Malang yang diduga mencadi korban pencucian otak, Senin (18/4/2011) MALANG, KOMPAS - Rekruitmen aktivis Negara Islam Indonesia (NII) dengan cara "cuci otak" terhadap para mahasiswa, ujung-ujungnya disertai pemerasan pada orangtua korban."Polisi dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) serta para rektor di Malang hendaknya bergerak dan mewaspadai," kata Ketua Majelis Pembina Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Bagyo Prasasti Prasetyo di Malang, Selasa (19/4/2011).Bagyo mendapat informasi hal itu dari keluarga dua mahasiswa PT di Malang yang hilang kontak sejak sebulan terakhir dengan dugaan mengalami pembaiatan, atau sejenis pengesahan, untuk jadi anggota NII.Semua informasi tersebut apakah benar seserius itu, ataukah hanya aksi penipuan pidana belaka, belum dapat dipastikan.Bagyo pun sekadar menerima keluhan para orangtua dan keluarga mahasiswa yang hilang kontak itu, serta sudah melapor ke polisi. "Para mahasiswa ini disebutkan mengalami proses radikalisasi oleh teman mentor saat penerimaan mahasiswa baru di mengawali perkuliahan," kisah Bagyo.Melalui obrolan di tempat-tempat gaul, mereka diajak masuk NII dan menjadi Islam kaffah, atau Islam yang total, dijanjikan 100 persen menuju surga. Untuk itu, mereka harus mengikuti pembaiatan di Jakarta. "Ujung-ujungnya, acara baiat itu perlu memberi uang. Besarnya untuk baiat saja Rp 2,5 juta," ungkap Bagyo.Namun itu baru awal. Operasi berikutnya dilakukan setelah baiat. Para mahasiswa akan dipaksa menipu orangtuanya agar memberi uang Rp 12-Rp 30 juta untuk menyumbang ke NII."Pada saat inilah muncul Desi, yang akan berpura-pura sebagai mahasiswa teman yang laptopnya telah dihilangkan oleh korban. Desi akan menelepon orang tua, dengan akting menangis, dan minta laptop diganti dengan uang Rp 20-Rp 25 juta, tergantung hasil negosiasi," katanya.Perempuan yang mengaku bernama Desi itu mengaku pula sebagai mahasiswi Universitas Brawijaya Malang.
Apa itu Progressive Web Apps?
8 years ago